Rabu, 09 September 2009

Cerita Dalam Keheningan




Tan Samara Pamoring Sukma

Sinuksmaya winahya ing ngasepi

Sinimpen telenging kalbu

Pambukaning warana,

Tarlen saking liyep layaping aluyup

Pindha pesating supmena,

sumusuping rasa jati


Jangan cemakan tentang sukma

Hayati dan buktikan didalam keheningan

yang tersimpan dalam batin.

Sebuah gerbang pembuka,

Dari susasana hening dan sayup

Seperti sebuah mimpi,

merasuk dalam rasa batin


Marilah kita pahami bahwa dunia ini bisa menjadi tempat yang lebih nyaman untuk dinikmati. Yang perlu dilakukan adalah mengubah pandangan kita terhadap segala bentuk cobaan dan penderitaan. Mengantarkan kita pada kehidupan yang lebih sederhana. Begitu sederhananya, sehingga dalam keheningan sekalipun kita mampu mendengar dan belajar tentang kehidupan yang sejati.

Pepatah mengatakan bahwa waktu akan menyembuhkana segalanya. Orang akan lupa pada kesdihnnya. Semua akhirnya hanya akan menjadi kenangan. Hidup terus berjalan. Hari ini menjadi kemarin, hari esok menjadi hari ini. Begitu seterusnya. Bahkan, kadang kenangan juga bisa hilang begitu saja.

Kita memang tidak bisa menghapus masa lalu, tapi sabaliknya kita juga jangan mencengkramnnya terlalu erat. Masa lalu hanya kenangan, seperti foto dalam album. Masa lalu bukan pijakan untuk menentukan langkah kita kedepan. Barhati-hati boleh saja tapi jangan menjadi khwatir berlebihan. Kekhawatiran yang berlebihan hanya akan membawa kita pada kecurigaan, menduga-duga, dan cemas.

Satu-satunya yang bisa kita lakukan adalah mengucap syukur. Segala sesuatu yang ada di dunia ini, benda hidup atau mati, selalu memiliki dua sifat yang bertolak belakang. Sifat baik dan buruk. Menyadari sepenuhnya bahwa di luar dari diri kita , tak ada yang bisa kita kontrol seratus persen. Membuat prediksi bisa saja. Misalnya, sebuah ramalan cuaca. Tapi kemungkinan meleset selalu ada, bukan? Tak ada manusia yang bisa meramalakan seratus persen dengan tepat. Bahkan, hidup dan mati sedikit pun tak bisa kita kuasai. Tak ada yang bisa mengontrol dan memprediksi usia manusia.

Yang mampu kita kuasai adalah pikiran kita. Jangan sampai pikian menjadi ”raja” yang menguasai diri dan hidup kita. Karena pikiran manusaia banyak dipengaruhi oleh masa lalu. Pikiran tidak murni. Naluri lebih murni dari pikiran. Naluri tidak dipengaruhi oleh adat istiadat, budaya, ataupun pnglaman masa lalu. Binatang liar yang tak pernah sekolah pun memiliki naluri yang sama. Lihat saja bagaimana seekor singa betina melindungi anak-anaknya jika bahya menghampirinnya. Itu naluri. Naluri bisa membedakan mana baik dan mana yang buruk tanpa perlu diajari.

Kita cukup mensyukuri semua anugerah yang kita dapatkan di maa lalu dan berterima kasih padanya. Hal itu jauh lebih baik daripada yang selama ini sering kita lakukan, yaitu hanya mengingat dan memendam penderitaan. Segala pengalaman buruk yang pernah kita alami adalah bunga kehidupan. Semua akan berlalu. Pasti berlalu. Yang baik dan yang jelek. Saat senang maupun susah. Maka saat kita merasakan kebahagiaan, sadarilah bahwa semua itu akan berlalu sehingga kita tidak sombong. Sebaliknya, saat kita ada dalam kesulitan, yakinilah juga bahwa semua akan berlalu agar kita tidak menyalahkan orang lain atas penderitaan kita. Agar kita itdak putus asa. Agar kita sabar. Sabar harus sepanjang jalan. Sabar tak mengenal tenggang waktu atau utimatum.

Hanya detik inilah yang kita mliki sepenunya. Kita tak dapat memprediksi ”masa kini” kita berikutnya. Ia akan datang sendiri pada waktunya. Semaunya. Sumi sendiri tidak tahu apa yang akan dibawa ”masa depan” untuk sumi. Sumi juga tidak tahu hidup sumi esok akan seperti apa.

Tahu apa kita mengenai hari esok? Satu jam berikunya saja kita tidak tahu. Kita hanya punya hari ini dan sebagian kenangan masa lalu. Bukan untuk menyesalinya, tapi untuk mempelajari kesalahan kita, sama seperti kita belajar dari sebuah buku. Kita tidak bisa memperbaiki masa lalu,maka terimalah masa lalu itu dan lanjutkan hidup kita.

Hidup akan terus jauh lebih ringan dan mudah jika kita berserah diri, berpasrah, bersabar, juga yakin bahwa semua akan berlalu.


”... saat inilah yang kita miliki karena kemarin bukan lagi mlik kita dan hari esok belum tentu kita jumpai.” (Cerita Dalam Keheningan, by Zara Zettira ZR)


”... now is all we have for the past is over and tomorrow is not ours to tell.” (Every Silence has a Story, by Zara Zetira ZR)


Itulah sebagian pelajaran yang berharga yang bisa sumi ambil dari membaca sebuah buku karangan Zara Zettira ZR. Sebuah pelajaran yang sangat berharga dalam menyikapi segala problema hidup dengan arif dan bijaksana.

1 komentar: