istirahat di tepian mahakam |
Sudah mendekati hari H tapi kami selalu jalan setiap hari dan selalu berdua. Kebetulan aku udah cuti sejak seminggu sebelum hari H. Ada saja kegiatan yang harus kami lakukan, selain membantu urusan kerja suami juga ada satu hari yang kami sempatkan to menemani ortu aku ke anggana ke tempat keluarga n juga to dinner bareng kedua ortu aku n juga ikut si kecil Dian anaknya Mba Wiwin. Inilah kami, pengantin yang nyeleneh n serba simple, ga pake acara pingitan or yang aneh-aneh n juga ga pake acara hantaran ataupun acara antar jujuran.
Tidak ada uang jujuran dalam pernihakan aku. Di Samarinda biasanya mempelai laki-laki harus memberikan jujuran yang diminta oleh mempelai keluarga wanita, dan juga mempelai laki-laki harus menyiapkan hantaran yang terdiri dari bermacam-macam barang diantaranya kasur, lemari sampai ke peralatan mandi n segala sesuatu yang diperlukan to mempelai wanita. Jujuran bisa bermakna baik jika tidak memberatkan mempelai laki-laki, tetapi dari cerita-cerita teman-teman yang menikah ada saja setelah menikah mereka masih pusing dengan hutang yang harus dilunasi karena mereka meminjam uang untuk uang jujuran dan untuk membeli hantaran. Bermakna baik jika uang jujuran itu benar-benar merupakan luapan dan tanda cinta dan sayang mempelai laki-laki kepada wanita.
Ironis jika pernikahan suatu hal yang sakral dan hal yang indah jika dibebani dengan nominal uang. Karena itu aku ingin memberi contoh kepada teman-teman ini lho pernikahan aku yang simple tanpa jujuran dan alhamdulillah berjalan lancar dan semoga selalu diberikan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar