Kali ini Sumi akan mencoba membuat cerpen, Sumi berharap pembaca menyukai cerpen sederhana Sumi ini. Bagi yang merasa kurang suka dan merasa terganggu dengan cerpen ini bisa memberikan masukan dan kritikannya via email ke cantiksumi@yahoo.com Sebab setiap masukan dan kritikan dari pembaca sekalian sangat membantu Sumi untuk bisa membuat cerpen yang lebih baik lagi.
”Tuh kita punya tetangga baru“ ucap ayah Laras seraya menunjuk rumah kontrakan depan rumah mereka.
“ Dana”
”Tuh kita punya tetangga baru“ ucap ayah Laras seraya menunjuk rumah kontrakan depan rumah mereka.
“Masa sich? Emang kapan datangnya? Kok Laras ga tau klo kita punya tetangga baru“ Tanya Laras.
“Sejak kapan sich kamu mau peduli dan mau memperhatikan tetangga, yang kamu tahu dan yang kamu pikirkan cuman diri kamu sendiri“ jawab ayah Laras.
Laras merupakan anak bungsu dari keluarga Bratawijaya. Seorang gadis yang terlalu apatis terhadap lingkungan sekitar rumahnya, yang dia pedulikan dan yang dia pikirkan hanya diri dia sendiri. Laras anak yang suka dimanja namun memiliki jiwa mandiri. Sejak lulus bangku SMK dia bekerja untuk membiayai kuliahnya sendiri dan masih bisa menyisihkan sedikit gajinya untuk diberikan ke bundanya. Laras baru saja resign dari tempat kerjanya, jadi sekarang waktunya banyak dihabiskan di rumah. Laras memang terlalu apatis terhadap lingkungan tetangga dia. Saat dia masih bekerja dulu, waktunya lebih banyak di habiskan dikantornya, terkadang pukul 21.00 wita Laras baru sampai di rumah.
Tadi malam rumah kontrakan yang berada tepat di depan rumah Laras sudah ada yang menempati. Penghuni baru rumah tersebut yaitu sejumlah pekerja proyek dari luar kota. Mereka mengontrak rumah tersebut hanya dua bulan karena kebetulan target penyelesaian proyek tersebut maksimal 2 bulan. Semua pekerja proyek tersebut adalah laki-laki. Dan kebetulan sekali dari sejumlah cowok yang tinggal di rumah tersebut ada satu orang yang menarik perhatian Laras.
Laras memang sangat apatis terhadap lingkungan tetangga. Tetapi sejak Laras memiliki tetangga baru tersebut, Laras tidak pernah lagi apatis terhadap lingkungan tetangganya. Ternyata sekarang dia memiliki kebiasaan baru yaitu kebiasaan suka memperhatikan salah satu penghuni yang mengontrak di depan rumahnya tersebut. Yaitu sesosok cowok berkacamata yang sangat pendiam dan juga cool.
Rumah tersebut tepat didepan rumah Laras, sehingga dia dengan sangat mudah untuk bisa memperhatikan cowok berkacamata tersebut.
Hari demi hari dilalui begitu saja, dan Hari demi hari juga berlalu dengan segudang rasa penasaran dan segudang tanya siapa sich dia?. Laras makin tenggelam dalam rasa penasaran ingin bisa kenal dengan cowok berkacamata tersebut.
“ Mba pernah ga ditegur ama cowok yang pake kacamata yang tinggal didepan rumah aku? “ Tanya Laras pada Mba Iin tetangga sebelah rumah Laras.
“ Pernah, emang kenapa? Orangnya ramah kok, peneguran lagi “jawab mba Iin.
“ Kok aku ga pernah ditegur, disenyumin aja ga pernah, emang apa yang salah ama aku ya? tanya laras sedih.
Rasa penasaran laras makin menjadi setelah mengetahui hanya dia saja yang tidak pernah ditegur dan disapa ama cowok berkacamata tersebut. Karena rasa penasaran yang makin memuncak laras mencoba memberanikan diri untuk mencari tahu tentang cowok berkacamata tersebut dari teman-temannya. Kebetulan sekali teman cowok berkacamata tersebut sering main ke rumah Laras dan akrab dengan ortu Laras. Dan tanpa ragu-ragu Laras menanyakan nama cowok berkacamata tersebut dari temannya. Dan akhirnya Laras mengetahui nama cowok berkacamata tersebut, namanya adalah “Dana”. Nama yang indah untuk sosok seorang yang indah juga.
Satu rasa penasaran di hati Laras sedikit terobati, kini Laras sudah mengetahui namanya yaitu “Dana”. Setiap hari yang disebut-sebut hanya “Dana”… “Dana”… “Dana”…. Sekarang keinginan tahuan Laras bertambah lagi, Laras ingin sekali bisa berkenalan dan bisa dekat dengan “Dana”. Tapi bagaimana caranya?.
20 Agustus 2009
“ Tolong antarkan ini ke rumah pak Ustadz . ” ucap bunda Laras, seraya menyodorkan rantang makanan kepada Laras.
“ Kok Laras sich bunda? Kenapa ga ayah aja sich? “ tolak Laras.
“ Ayah lagi tempat pakde, khan cuman di bawah gang aja, khan ga jauh, trus jangan lupa mampir ke toko bawah belikan belanjaan bunda ini ya untuk tambahan makanan acara yasinan ntar malam “ pinta bunda pada Laras.
Akhirnya Laras pergi mengantarkan serantang nasi tersebut. Setelah pulang dari tempat pak ustasz Laras langsung menuju toko untuk membelikan pesanan bunda Laras.
“ Tante ada soun kah?” Tanya Laras pada pemilik toko.
“Ada tapi bentar ya mba, saya ambilkan dulu di gudang” jawab si pemilik toko.
“Iya dech “ jawab laras sambil cemberut karena harus menunggu lagi.
Tapi tanpa disadarinya saat menunggu si pemilik toko mempersiapakan pesanan Laras “Dana “ lewat didepan toko tersebut. Dan spontan wajah Laras ceria mendadak, dan meminta kepada si pemilik toko untuk segera membungkus belanjaan Laras tadi. Dan Laras segera bergegas meninggalkan toko tersebut agar bisa pulang berbarengan dengan “Dana”, sebab rumah mereka berdua satu arah jadi secara otomatis mereka bisa berbarengan. Laras keluar dari toko tersebut dan berjalan tepat di belakang “Dana” dan seorang temannya.
Akhirnya Laras bisa melihat “Dana” dengan jelas tepat didepan mata Laras. Awalnya “Dana” dan seorang temannya tidak menyadari kalau di belakang mereka ada Laras yang pulang dengan arah yang sama dengan mereka. Kebetulan teman “Dana” tersebut kadang main ke rumah Laras dan akrab dengan orang tua Laras , jadi teman “Dana” tersebut kenal dengan Laras. Tak lama kemudian teman “Dana” tersebut menyadari kalau dibelakang mereka ada Laras, spontan teman “Dana” menyapa Laras
“Lho dari mana mba? Tanya teman “Dana”.
“eh… ini lagi disuruh bunda antar nasi tempat pak ustadz trus disuruh mampir juga beli belanjaan ini, to acara yasinan ntar malam” jawab Laras grogi.
“oh… saya kira dari jalan-jalan ke mall, permisi saya mampir ke toko ini dulu ya mba…mari…” ucap teman “Dana” pamit untuk mampir ke toko dan membiarkan “Dana” dan Laras pulang berduaan. Dan sekarang Laras dan “Dana” pulang beriringan.
“Hai Dana… satu-satunya orang yang ga pernah menyapa n negur-negur aku, jangankan menyapa, senyum aja ga pernah” ucap Laras sok jutek padahal jantugnya berdegup sangat kencang karena tak kuasa menahan rasa bahagianya karena bisa bertegur sapa dengan “Dana” dan bisa pulang bareng.
“Lha gamana mau negur n mau senyum, wong ketemunya aja baru sekarang, khan kita ga pernah berpapasan atau ketemuan” jawab “Dana” polos.
“Ih ya ampun khan tiap hari aku liat kamu, n tadi pagi aja waktu aku cuci motor ama temen aku di depan rumah, kamu khan ada lewat di depan rumah aku, eh bukanya senyum or negur eh…kamu malah asyik mainan dengan hp kamu”
“Masa sich , beneran deh aku baru ketemu ma kamu ya baru kali ini”
“Ya udahlah ga usah dibahas, eh kamu kok ga keget sich, klo aku bisa tau nama kamu” ucap Laras
"pasti kamu nanya ama paklek khan? Khan paklek yang sering main ke rumah kamu, pasti kamu Tanya ama paklek” jawab “Dana”.
“Hehehe iya ..aku introgasi abis-abisan paklek, abisnya aku penasaran banget ama kamu, eh tapi kamunya malah ga tau-tau”
“Ih beneran bukan maksud aku seperti itu tapi beneran dech, aku tuh baru liat n ketemu ma kamu ya baru sekarang ini” ucap “Dana” seraya meyakinkan Laras. Tetapi belum selesai pembicaran mereka dan sesampainya di ujung gang.
“Aku permisi mampir ke warung ya, aku laper banget nich” pamit “Dana” sambil tersenyum.
“Iya, ya udah klo gitu aku duluan ya” ucap Laras sambil membalas senyuman “Dana”
Laras tidak bisa menutupi rasa yang bergejolak dihatinya, rasa senang, bahagia, grogi, semuanya bercampur aduk. Keceriaan dan kebahagiaan yang tidak bisa digambarkan oleh apapun. Karena Laras sangat tidak menyangka kalau akhirnya Laras bisa bertegur sapa dengan “Dana”, hal tersebutlah yang sangat di inginkan Laras sejak melihat “Dana”. Laras pun pulang dengan berlari-lari kecil kegirangan, belum sempat sampai di rumah dia bertemu Tiya adiknya Mba Iin, tanpa bisa menutupi rasa bahagianya Laras pun menghampiri Tiya.
“Kenapa? Kamu kenapa? Lari-lari sambil senyum-senyum, kenapa sich? Ngomong na.., ih aku penasaran na..woiiii halooo ada apaan sich?” Tanya Tiya penuh penasaran.
“Coba pegang dadaku, duh jantungku berdegup kencang, aku lagi grogi n seneng banget tau ga sich”
“iya tapi kenapa?”
“Coba tebak aku tadi pulang dari rumah pak ustadz bareng sapa? N aku tadi ngobrol ama sapa? Kamu tau ga sich… Dana! Dana! Dana! Si cowok cool berkacamata itu, duh aku akhirnya bisa ngobrol ama dia” dengan semangat 45 Laras meberitahukan hal bahagia itu ke Tiya.
“Kok bisa? Ceritanya gimana? Ih cerita dong…” Tanya Tiya lebih penasaran.
“Hehehehe ceritanya besok –besok aja ya, cuz nih bunda pasti lagi nunggu soun yang aku beli, besok aja ya ceritanya” ucap laras dengan gaya centil dan manjanya.
“Ih nih anak pergi niggalin rasa penasaran” jawab Tiya yang masih penasaran ingin mendengar cerita bahagia yang dibawa Laras.
21 Agustus 2009
Keesokan paginya tepat satu hari sebelum bulan Ramadhan. Pagi yang cerah dan ceria setelah kemarin sore Laras bertemu pujaan hatinya “Dana” dan dilanjutkan malam harinya disibukkan dengan acara yasinan ibu-ibu di rumah Laras, acara yasinan menyambut bulan Ramadhan yang suci dan penuh berkah.
Pagi hari Laras sudah disibukkan dengan list catatan dari bundanya untuk berbelanja ke pasar dan sekalian untuk menukar cincinnya dengan cincin yang baru karena Laras sudah merasa bosan dengan model cincin yang dia pakai sekarang. Setelah selesai dengan kesibukkannya di rumah, siang harinya setelah Dzuhur Laras bergegas ke pasar. Setelah Laras berpamitan pada bundanya, dan saat keluar rumah tepat diteras rumah, betapa terkejutnya Laras tanpa disadarinya “Dana” sedang duduk santai si sofa teras depan rumah kontakannya.
“Lho kok di rumah? Emang ga kerja? Tanya Laras
“Iya nich lagi ga enak badan, emang kamu mau kemana?” “Dana” balas bertanya.
“Emang kenapa? Mau ikut?”
“kemana dulu?”
“Ikut ga…?”
“Iya kemana?” Tanya “Dana”
“hehehe ke pasar di suruh bunda belanja” jawab Laras sambil nyengir.
“Ga ah… aku lagi ga enak badan, kapan-kapan aja dech” jawab “Dana” sambil tersenyum.
“Ya udah klo gitu, aku pergi dulu ya, Assalamualaikum” pamit Laras
“Waalaikum salam, hati-hati di jalan ya…jangan lupa oleh-olehnya hehehe” pesan “Dana” sambil tersenyum.
Benar-benar pagi yang sangat indah dan ceria. Dengan hati yang berbunga-bunga Laras segera menuju ke pasar dan Laras berencana tidak akan berlama-lama di pasar karena dia sangat berharap pulang dari pasar ‘Dana” masih duduk di sofa teras rumahnya. Sesampainya di pasar Laras bergegas membeeli belanjaan pesanan bundanya, dan segera dia pulang ke rumah.
“Laras…Laras..Laras lewat pintu belakang aja sayang, pintu depan bunda kunci” teriak bunda Laras dari samping rumah,
“Wah… batal dech ketemu ama Dana” gerutu Laras pelan.
Bergegas Laras masuk rumah melewati pintu belakang, dan segera Laras menuju teras rumah untuk melihat apakah “Dana” masih duduk di sofa teras rumahnya. Dan ternyata “Dana” masih duduk di sofa di teras rumahnya.
“Mana oleh-olehnya? Teriak “Dana” dari teras rumahnya.
“Ya… oleh-olehnya ga ada hehehe aku tadi buru-buru, habisnya panas banget di pasar” jawab Laras sambil nyengir kuda.
Kemudian mereka asyik mengobrol dari teras depan rumah masing-masing, dan tiba-tiba, ada suara trdengar “Laras! Laras! Laras!”
“Suara siapa sich teriak-teriak?” selidik “Dana”.
“Tau nich, ada suara ga ada orangnya, ya ampun ternyata disitu toh orangnya, itu nah om Toto lagi diatas pohon kelapa, lagi ngambil buah kelapa” jawab Laras.
“Mana sich orangnya”.
“Itu nah diatas pohon kelapa, ih capek juga ya ngomong ma kamu, habisnya ngobrolnya sambil jauh-jauhan jadinya khan musti ngeluarin energy untuk teriak-teriak” ucap Laras seraya berharap dalam hati kalau “Dana” mau main ke rumahnya.
Tak lama kemudian “Dana” menghampiri Laras yang masih di teras rumah. Betapa senangnya Laras karena baru kali ini “Dana” mau main menghampiri Laras ke rumah. Kemudian mereka pun berbincang berduaan di depan teras, hembusan angin dan sinar mentari yang cerah membuat suasana makin indah, seindah hati Laras yang sedang berbunga-bunga. Tanpa mereka sadari hari sudah sore, mulai siang sampai sore mereka mengobrol berdua.
“Ih udah sore ternyata, ga terasa ya rasanya baru sebentar aja kita ngobrol, cepet banget sich waktu berputar, tuh temen-temen aku udah pada pulang, aku pulang dulu ya, ga enak aku klo temen-temen aku tau klo aku ada di rumah kamu, sebab aku tadi ijin ga kerja karena aku sakit, lagian kamu juga musti mandi, udah sore. Ntar malam kamu terawih?” tanya “Dana”.
“Iya, kenapa kamu mau barengan kah? Klo mau barangan ntar aku tungguin dech” Tanya Laras berharap “Dana” mau pergi sholat tarawih bareng bersamanya.
“Aku ga janji, liat ntar malam aja, eh ngomong-ngomong aku belum tau nama kamu, nama kamu siapa sich? Kita udah dari tadi berduaan tapi dari tadi aku belum tau nama kamu” Tanya “Dana”.
“Usaha dong cari sendiri, aku aja nyari tau nama kamu bukan dari kamu tapi aku cari sendiri sekarang gentian dong hehe, sebenarnya klo kita ga ketemuan kemarin aku udah punya rencana mau minta no hp kamu dari paklek, hehehe biar aku bisa ganguin kamu” ucap Laras manja.
Kemudian “Dana” mengambil hp Laras dan menuliskan no hp nya di hp Laras.
“ini nomor ku” ucap “Dana” sambil menyodorkan hp Laras kearah Laras
“Ih kepedean dech, emang siapa yang nyuruh kamu tulis no hp km di hp aku, yeee pede banget sich kamu” ucap Laras dengan gaya centil dan manjanya.
“Ohhh ga mau toh ya udah aku hapus lagi dech nomorku” ancam “Dana” sambil menarik kembali hp Laras.
“Ih jangan dong, aku khan cman becanda, yeee perajuan banget sich nich orang, susah banget tau nyarinya kok mau di hapus sich. Ya sekalian di kasih nama dong mas, trus di save. Kamu tau ga sih saking penasarannya aku ma kamu, nama kamu aku jadiin wallpaper hp aku. Coba liat aja walpapernya kalau ga percaya” . Ucap Laras
“Kamu tuh kok aneh banget sich, aku ga pernah di perlakukan se special ini ama orang. selama aku kerja seperti ini juga, baru kali ini aku bisa punya kenalan, ya cuman kamu” jawab “Dana” serasa masih ga percaya klo Laras menganggap “Dana” itu cowok yang special.
“Jangankan kamu, aku sendiri juga ngerasa aneh kok aku bisa seperti ini ya, kok aku bisa care banget ama kamu, aneh ya, ya udah lah ga usah dipikirin”
“Ya udah klo gitu, kamu masuk gih, udah sore waktunya kamu mandi, aku pulang dulu ya” pamit “Dana” pada Laras.
”Ya udah aku masuk ya” ucap Laras sambil tersenyum pada “Dana”.
Adzan maghrib berkumandang saatnya sholat maghrib, selesai sholat maghrib Laras segera mengirm sms ke “Dana” untuk menanyakan apakah “Dana” pergi sholat tarawih atau tidak. Ternyata “Dana” memutuskan untuk tidak ikut sholat terawih dengan alasan masih ga enak badan. Selang beberapa saat Laras bergegas mempersiapkan diri untuk pergi sholat terawih. Laras segera keluar rumah, dan sesampainya di teras Laras melihat “Dana” ada di depan teras rumah “Dana”.
“beneran ga ikut tarawih?” Tanya Laras
“Ga ah kamu aja, aku masih ga enak badan”
“Ya udah aku berangkat dulu ya, Assalamualaikum” pamit Laras.
“waalaikum Sallam, hati-hati ya di jalan” pesan “Dana”.
Selesai sholat tarawih, Laras pun bergegas pulang. Saat di perjalanan Laras mengirm sms ke “Dana” untuk menanyakan apakah malam ini “Dana” mau main ke rumah Laras atau tidak. Dan sms yang di kirim Laras tadi dibalas oleh “Dana”, balasan yang sangat diharapkan Laras yaitu malam ini “Dana mau main ke rumah Laras. Betapa senangnya Laras karena dia sangat tidak menyangka kalau hari-harinya sekarang diisi bersama “Dana”. Sejak pertemuan kemarin sore, tadi siang ampe sore, dan sekarang malam ini, dia masih mau menghabiskan waktunya bersama Laras. Bagi Laras “Dana” adalah tipe cowok yang baik, ramah, dan sopan yang jarang bisa Laras jumpai, yang pasti “Dana” tipe cowok yang cool abis.
Sesampainya Laras dirumah, Laras melihat “Dana” ada di teras rumah “Dana”, selang beberapa saat ‘Dana’ datang sendirian ke rumah Laras. Mereka pun menghabiskan malam berduaan di teras rumah Laras, teras rumah yang kelak akan menjadi kenangan dan menjadi saksi bisu pertemanan antara Laras dan “Dana”.
“Sholat tarawih dmana tadi?” Tanya “Dana”.
“Ya di tempat biasalah, lagian aku ceritain kamu juga ga bakal tau, emang kamu udah hapal daerah sini?eh gmana tadi waktu di rumah? Ada komentar apa dari teman kamu, khan sebagian dari teman kamu ada yang sempat liat kamu main ke rumah aku? Tanya Laras.
“Hehehe iya tadi aku di jadiin bahan ledekan teman-teman aku, kata mereka aku ijinnya sakit eh ujung-ujungnya malah mojok berduaan ama cewek” ucap “Dana” .
“Trus kamu jawab apa?”
“Ya… aku ga bisa jawab apa-apa, aku cumin diam aja, n senyum-senyum aja. Khan kenyataannnya emang begitu” ucap “Dana”
“Aku aneh ya?” Tanya Laras polos.
“Aneh kenapa?”
“Ya aneh aja, aku bisa tau nama kamu dengan sendirinya, aku tau sedikit tentang keluarga kamu, aku tau sedikit tetntang kerja kamu, aku tau sedikit kebiasaan kamu” ucap Laras malu
“Emang kamu tahu apa aja? Wah curiga aku mandi juga kamu intip nich” ucap “Dana” seraya sedikit ngeledek.
“Yeeee ga penting banget tahu ngintipin kamu mandi”
“ih jangan ngambek dong khan aku cumin becanda, emang kamu tau apa aja sich?” Tanya “Dana” penasaran.
“Tapi maaf ya, ya aku tau sedikit tetntang cerita orang tua kamu termasuk ayah kamu, trus tentang klo kamu kerja untuk biayain sekolah adek kamu. N yang pasti aku tau tentang kebiasaan kamu di sini. Kamu pulang kerja jam berapa, berangkat kerja jam berapa, n yang pasti aku tau klo kamu tidurnya larut malam. Aku juga tahu klo tengah malam kamu bisa telponan n smsan ama pacar kamu ampe jam 2 malem, n kamu biasanya smsan n telponan ama pacar kamu pasti di teras rumah kamu, n juga kamu paling suka tiduran di sofa teras rumah kamu ampe tengah malam” ucap laras.
“Kamu tuh kok bisa tau banyak gitu sih?emang bener aku tidur larut malam n suka mainin hp ampe malem, tapi bukan telponan or smsana ama pacar aku, wong aku blum punya pacar, aku ampe tengah malem gitu lagi asyik chatingan ama temen-temen aku. Tapi kok kamu bisa tau aku sampai selarut malam seperti itu tidurnya? Berarti kamu juga sering begadang ya? Tanya “Dana” penuh rasa ingin tahu.
“hehehe aku mau ceerita tapi aku malu, takut kamu ntar bilangin aku aneh lagi”
“Cerita aja lagi ga papa” desak “Dana”
“Khan aku sering dapet terima telpon dari cowok-cowok ga jelas biasalah buaya-buaya darat hehe ataupun dari temen-temen aku, aku sengaja nyuruh mereka klo pengen telpon aku to ngobrol melem aja, dengan dalih biar lebih murah, padahal kamu tahu ga alasan aku suruh mereka telpon aku malem-malem buat apa?”
“emang buat apa?” Tanya “Dana” penasaran.
“Biar aku punya alasan untuk duduk ampe tengah malem di teras atas, khan ga lucu klo aku duduk di teras atas ampe tengah malem tanpa ada kegiatan yang aku lakuin di teras atas, ntar orang rumah or kamu tahu lagi klo tengah malem aku suka banget ngeliatin kamu n perhatiin kamu ampe tengah malem. Khan klo ditanya bunda kenapa tengah melem duduk di teras atas n blum bobo, khan aku bisa alas an klo aku lagi terima telpon dari teman. Ga tau ya aku suka banget klo bisa mandang kamu” jawab Laras malu-malu.
“Oh jadi suara cewek klo tengah malem itu kamu toh, aku ama temen-temen aku sempat bingung n takut, sebab saat pertama kali kami tinggal disini kami denger ada suara cewek, aku ama temen-temen aku sempet nyariin ampe ke belakang rumah tapi ga ketemu, ya gimana kita ga takut. Wong ada suara tapi ga ada orangnya. Lagian kamu duduk di teras atas ga pernah mau nyalain lampunya , ya ga kelihatan deh orangnya yg kami denger cuman suaranya aja’ ucap “Dana”
“Emang suara aku kedengaran ampe rumah kamu? Emang kamu ama temen-temen ga pernah tahu klo tengah malam aku suka duduk di teras atas?” Tanya Laras bingung
“ya kedengeran lah non, khan klo malem udah sepi jadi suara kamu kedengeran walau ga jelas banget, klo kamu nyalain lampu ya kelihatan, tapi khan selama ini kamu ga pernah nyalain lampu klo lagi duduk di teras atas, wah kamu pasti lagi telponan ama pacar kamu yach? Ayo ngaku aja dech” selidik “Dana” ingin tahu.
“Ih ga percayaan banget sih, beneran aku cuman terima-terima telpon dari orang-orang yang ga penting, itu semua beneran aku lakuin biar aku bisa liat kamu ampe kamu ngantuk, n kamu masuk rumah to bobo, lagian aku juga ga punya pacar, sekitar satu bulanan ini aku baru putus ama pacar aku, klo ga percaya Tanya aja ama bunda, pasti bunda jawab klo aku lagi jomblo n baru putusan ama pacar aku” jawab Laras seraya menegaskan klo dirinya sekarang emang lagi jomblo.
“Ih kamu tuh, ngapain coba begadang ampe tengah malam cuman buat aku, emang apa sich yang special dari aku? Aku masih ga percaya ampe sekarang klo ada cewek yang ampe segininya ama aku, aku khan ya cuman seperti ini aja ga ada yang special” ucap “Dana” dengan penuh rendah hati.
“Ga tau ah.. aku juga ga ngerti, bayangin aja aku baru aja putus ama pacar aku yang aku pacarin 3 tahunan lebih, tapi saat putus ga ada rasa sedih, ga ada amarah yang ada aku justru ngerasa enjoy banget, n selang 1 bulan n aku liat kamu, trus ga tau ya aku jadi suka aja merhatiin kamu, aku ga minta yang aneh-aneh sih aku cuman pengen bisa kenalan n temenan ama kamu gitu aja. Ngomong-ngomong kamu kenapa sih ga pernah mau sapa or senyum ma aku? Tanya Laras
“Ya aku sadar diri lah sapa aku, aku khan cuman pendatang disini, aku cuman singgah sebentar di kota kamu, n kerja aku seperti ini berpindah pindah, ya aku mikir lah mau negur kamu, ya klo aku tegur kamu mau balas negur aku, tampang aku khan sangar pasti kamu mikir dua kali klo mau kenalan ma aku, apalagi dengan rambut aku yang gondrong ini hehehe” jawab “Dana” sangat sopan dan penuh rendah hati.
“Ih kamu kok ngomong kaya gitu cih, aku bukan tipe orang yang suka menilai seseorang dari fisiknya, lagian aku justru suka ama rambut kamu yang gondrong itu hehehe. Aku pernah sore-sore duduk ama bunda trus aku bilang ama bunda klo aku seneng banget klo liat kamu, trus bunda bilang juga klo bunda juga suka liat kamu kata bunda wajah kamu itu cantik bukan cakep tapi cantik”
“Ih pantes aja bencong-bencong pada seneng kloliat aku” jawab “dana” sambil tersenyum.
“Mungkin mereka kira kamu satu gank ama mereka kali hehehe, lagian kamu tuh cowok tapi tangannya mulus banget ga ada rambut halusnya sama sekali seperti tangan cewek yang suka kesalon heeheheh” jawab Laras sambil tertawa .
“Yeee seneng banget ngeledekin orang, eh tapi aku ampe sekarang belum tahu nama kamu, aku udah coba Tanya ama paklek tapi, paklek ga tau nama kamu, cuman paklek cerita kamu tuh anak bungsu, trus kamu tuh udah lulus kuliah n sekarang lagi ngangur, ya gitu-gitu aja yang paklek tau” ucap “Dana” berharap Laras mau menyebutkan namanya.
“Ih usaha dong klo paklek ga tau ya nanya kek ama ortu aku or ama tetangga aku, btw emang selama ini paklek ga pernah cerita klo aku sering tanya-tanya tentang kamu dari dia?"
“Paklek ga pernah cerita, saat tadi aku Tanya nama kamu ke paklek, paklek baru ngomong klo sejak awal kamu sering nanya-nanya tentang aku dari paklek, klo sejak awal aku tau ya pasti aku udah negur kamu duluan, paklek ceritanya baru tadi, ayo dong kasih tau nama kamu siapa, aku mau nanya ortu kamu or tetangga kamu ya aku malu lah. Pasti merkea bilang udah akrab gitu kok ga tau namanya”
“Ga ah aku ga mau kasih tahu, kamu musti cari tahu sendiri” ucap Laras centil.
Malam pun kian larut, angin malam mulai berhembus ditemani sinar rembulan dan tataburan bintang. Suasana malam yang sangat mendukung untuk membuat suasana makin nyaman berduaan dengan “Dana” ucap Laras dalam hati. Tak terasa waktu menujukkan pukul 22.25 wita.
Malam pun kian larut, angin malam mulai berhembus ditemani sinar rembulan dan tataburan bintang. Suasana malam yang sangat mendukung untuk membuat suasana makin nyaman berduaan dengan “Dana” ucap Laras dalam hati. Tak terasa waktu menujukkan pukul 22.25 wita.
“ih udah malem nih aku pulang dulu yach, ga enak ama orang, anak gadis kok diluar ampe jam segini” ucap “Dana” penuh perhatian.
“Ih khan baru sebentar, perasaan baru berapa menit aja ko
“Tuh khan kamu tuh bandel banget ga bisa di kasih tau, jadi anak jangan bandel, kamu masuk gih, udah malem ntar kita sambung sms n telponan, ya…” bujuk “Dana”
“Ya udah aku masuk ya… janji ya ntar ampe dirumah kita sambung langsung smsan.
“iya…ya udah masuk gih”
Sesampainya dirumah ‘Dana” menepati janjinya untuk ber smsan dengan Laras, waktu terus merangkak dan tanpa terasa malam makin larut, mereka pun larut dalam perbincangan mereka lewat sms. Perbincangan yang mebuat mereka makin dekat. Dan sampai Laras dan “Dana” mulai mengantuk mereka pun menyudahi sms malam itu dengan ucapan selamat tidur.
22 Agustus 2009
Waktu sahur tiba inilah hari pertama di buan Ramadhan. Laras segera mengambil hp untuk membangunkan “Dana” sahur. Setelah “Dana” bangun dan mereka pun sahur di tempat mereka masing-masing.
Awal Ramadhan yang sangat indah bagi Laras, akhirnya Laras bisa berkenalan dan dekat dengan “Dana”. Sampai saat ini juga Laras tidak mengerti dengan perasaanya yang sangat senang bisa berteman dengan “Dana”. Selesai sahur pun mereka melajutkan dengan sms, sampai saat adzan subuh bergema.
Pagi hari di bulan Ramadhan, “Dana” pun berangkat kerja dan tak lupa sebelum berangkat kerja mereka saling berkirim sms, dan “Dana” berpesan kalau saat kerja Laras jangan telpon or sms dulu sebab kalau jam kerja “Dana” ga sempat untuk terima telpon ataupun balas sms.
Waktu menunjukkan pukul 12.00 wita, saat “Dana” istirahat. Tak lupa Laras dan “Dana” saling berkirim sms di sela jam istirahat “Dana”. Mereka pun larut dalam perbincangan ringan dalam sms. Hati Laras makin dan semakin gundah. Laras making tidak mengerti dengan semua yang sudah dia lalu dalam beberapa hari ini, Laras bingung dengan perasaannya sekarang. Sebab yang ada dalam pikirannya sekarang hanya “Dana” dan “Dana”. Laras sangat menyadari mereka hanya berteman tidak lebih dari itu. Pertemanan yang terjalin singkat namun sangat berbekas di hati Laras. Hubungan pertemanan yang bisa menumbuhkan rasa kangen dan rindu yang teramat dalam walau hanya berpisah beberapa jam karena “Dana” harus berangkat kerja. Rasa rindu itu sedikit terobati dengan sms dari “Dana”, sms saat di sela berangkat kerja, disela jam istirahat “Dana”, disela pulang kerja dan berbuka puasa, dan disela saat ada waktu untuk sms atau telepon.
Adzan magrib bergema pertanda saat berbuka puasa tiba. Ada hal aneh yang terjadi saat berbuka puasa yang selalu di ingat oleh Laras, yaitu saat berbuka puasa tiba datang Laras segera mengirim sms berisikan “Met berbuka puasa” dan saat sms terkirim bersamaan juga ada sms masuk. Saat di baca ternyata sms tersebut dari “Dana” dan is isms tersebut “Met berbuka puasa yaa”. Sangat kebetulan sekali sms mereka terkirim bersamaan dengan isi isms yang sama juga.
Pulang dari tarawih Laras segera membeli kartu perdana yang sama dengan “Dana’. Sebab kartu yang dipakai Laras beda operator dengan yang dipakai “Dana”. Jadi biar komunikasi mereka makin hemat Laras berinisiatif untuk membeli kartu perdana yang sama operator dengan “Dana”.
Sesampainya di rumah, sama seperti malam sebelumnya bereka bertemu di rumah Laras dan mengobrol. Laras pun memberitahukan kepada “Dana” kalau Laras membeli kartu perdana, dan Laras meminta “Dana” untuk registrasi kartu perdana tersebut. Kartu perdana Laras registrasi menggunakan KTP jadi secara otomatis “Dana” bisa mengetahui nama lengkap dan juga tanggal lahir Laras. Malam beranjak larut dan mereka pun larut dalam pembicaraan mengenai pribadi masing-masing.
“Kamu tau ga sich?”
“Apaan?” jawab Laras singkat.
“Hehehe aku tuh paling seneng baget liat leher kamu, leher kamu bagus banget aku paling suka ama cewek yang punya leher panjang seperti kamu. Ucap “Dana” sambil menatap wajah Laras.
‘Ih jangan buat aku jadi ke GR an nah, kamu lagi nyanjung or lagi ngeledekin aku sich? Bilang aja aku kurus iya kha?” jawab Laras dengan tersipu malu.
“Beneran kok leher kamu bagus, tapi klo bisa sich ya badannya di gemukin lagi biar lebih cantik, btw kamu udah makan khan? Tanya “Dana”
“Cuman makan kue aja, aku klo buka puasa ga bisa makan nasi, jadi klo puasa makannya cuman sekali aja, ya saat sahur aja, ga tau nich kebiasaan aku dari dulu, perutnya ga mau diisi nasi ko lagi buka puasa”
“Gamana mau gemuk klo makan nasi aja susah, pokoknya ntar musti makan nasi, pokonya harus nurut jangan bandel, pantesan aja kurus” ucap “Dana” penuh perhatian.
Waktu terus berputar, mereka mulai menceritakan hal-hal mengenai diri mereka masing-masing. Diiterangi sinar bulan dan bertabur bejuta-juta bintang diangkasa. Betapa Laras tidak hentinya bersyukur atas semua yang sudah Tuhan beri buat Laras. Terutama pertemanan Laras dengan “Dana”. Saat-saat yang diimpikan oleh Laras sejak awal Laras melihat “Dana”. Walau terkadang terbesit sebuah kepedihan, kepedihan menerima kenyataan kalau sebentar lagi “Dana” akan meninggalkan kota kelahiran Laras. Yang bisa dilakukan Laras sekarang hanya berusaha untuk membuat waktu yang tersisa agar bisa menjadi waktu yang penuh kenangan indah bersama “Dana”.
Malam makin larut, saatnya “Dana pulang. “Dana” berpamitan pulang dan meniggalkan rumah Laras, saat beranjak pergi “Dana” melemparkan senyumnya untuk Laras dan hidung Laras disentuh dengan jari-jari “Dana” dan berucap “Aku pulang dulu ya n kamu ga boleh bandel n jangan lupa untuk maem nasi”.
Saat “Dana” sampai di rumah “Dana” duduk disofa teras rumahnya. Laras pun langsung menuju teras atas. Karena Laras memiliki kartu yang satu operator dengan “Dana” malam itu Laras sengaja langsung menelpon “Dana”.
“Assalamualaikum, ni no aku yang baru hehehe aku bisa lihat kamu, gimana kamu bisa lihat aku ga? Atau lampunya aku nyalain aja kah biar kamu bisa lihat aku?” Tanya Laras.
“Waalaikum sallam, iya aku udah save nomor ini kok, khan tadi aku yang registrasi, iya nyalain aja lampunya, gelap gitu aku jadi ga bisa liat kamu, oh iya aku minta maaf ya”
“Maaf kenapa?”
“Maaf tadi aku dah lancang berani sentil hidung kamu” jawab “Dana” dengan rasa sungkan.
“iya ga papa” jawab Laras singkat
“Enak banget suara kamu di telpon, beneran deh aku seneng banget klo denger suara kamu lewat telpon, suara kamu makin bagus” ucap “Dana”.
“Yeee berarti klo ngomong langsung ga bagus ya”
“Bukannya gitu maksud aku suara kamu makin bagus klo lewat telepon, eh maaf ya disini berisik banget sebab temen-temen aku pada ngeledekin aku, kata mereka kita hadap-hadapan rumah tapi kok masih telpon-telponan”.
Malam yang indah yang membuat Laras tidak merasakan mengantuk walau waktu sudah menujukkan pukul 01.00 wita. Mereka melanjutkan obrolan mereka sampai tidak terasa pulsa Laras habis. Karena pulsa Laras habis “Dana” gantian menelpon Laras, dan telepon berakhir saat pulsa “Dana” juga habis. Ending yang sangat indah untuk malam ini.
23 Agustus 2009
Laras pun terlelap dalam tidurnya, selang beberapa jam Laras pun bangun untuk sahur. Dan tak lupa Laras segera menelpon “Dana” untuk membangunkan “Dana” sahur.Laras menelpon menggunakan nomor lama Laras karena nomor baru Laras pulsanya habis dipakai untuk menelpon “Dana” semalam. Mereka pun sahur ditempat mereka masing-masing.
Pagi menjelang saatnya “Dana” berangkat kerja. Laras pun selalu menyempatkan waktu untuk sekedar mengirim sms ucapan met bekerja ataupun sengaja keluar rumah biar bisa melihat “Dana” saat berangkat kerja.
Pagi berganti siang, saatnya “Dana” istirahat dan saatnya mereka bisa berkomunikasi lagi lewat hp pastinya.
“Lagi istirahat ya…” Tanya laras
.
.
“iya nich aku lagi istirahat, tapi istirahatnya lagi ngumpet”
“Lagi ngumpet kenapa?”
“Ngumpet dari temen-temen, mereka pada ngeledekin aku terus, karena aku kenal dan dekat ama kamu, apalagi saat mereka tau saat aku sakit bukannya aku istirahat di rumah, eh malah aku berduaan di rumah kamu” jawab “Dana”.
Siang berganti malam. Dan masih seperti malam kemarin pulang tarawih mereka pun duduk berdua di teras rumah Laras.
“Aku baru aja bisa kenal ama kamu, aku baru aja bisa akrab ma kamu, aku seneng banget bisa kenal n dekat ma kamu. Tapi sekarang aku mulai sedih sebab sebentar lagi kamu bakal pergi ninggalin aku n kota ini” ucap Laras dengan suaranya yang terdengar menyimpan rasa sedih yang menyayat di hatinya.
“Sssttt…. Aku ga mau dengar kamu ngomong tentang perpisahan ataupun kepergian aku. Aku khan masih ada disini tepat di depan kamu. Aku mohon aku ga mau lihat kamu sedih. Aku mohon” ucap “Dana” dan jari-jari tangan “Dana” menyentuh bibir Laras seraya untuk menahan agar Laras tidak lagi membicarakan perpisahan tersebut.
“Tapi itu kenyataan, kenyataan kalau kamu bakal pergi ninggalin aku dan kamu bakal jauh dari aku” ucap Laras dan tanpa disadari air matanya pun menetes. Tiba-tiba jari-jari “Dana” pun menyentuh wajah Laras seraya menghapus tetesan air mata Laras. Dan “Dana” pun menatap wajah Laras mencoba untuk menenangkan Laras.
“Aku ga mau liat kamu sedih, kalau sejak awal aku tahu kalau aku cuman bisa buat kamu sedih lebih baik aku memilih kita ga usah pernah kenal. Aku ga mau liat kamu sedih, aku mohon kamu janji ma aku, kamu ga akan nangis lagi kamu ga akan sedih lagi. Kamu mau janji buat aku khan?” ucap “Dana” sambil menatap wajah Laras.
Malam ini terasa berbeda dengan malam sebelumnya, malam yang berselimut kesedihan yang menusuk dan menyayat hati Laras. Karena sebentar lagi “Dana” akan pergi meninggalkan Laras dan kota kelahiran Laras. Laras pun makin bingung dengan perasaannya. Kenapa Laras bisa sedih untuk berpisah dengan “Dana”. Laras baru saja beberapa hari mengenal “Dana”, dan Laras pun ga tau banyak tentang pribadi “Dana”, tapi mengapa Laras sangat begitu sedihnya menghadapi kenyataan kalau sebentar lagi jarak akan memisahkan mereka.
Yang lebih membuatnya tidak mengerti tentang malam ini yaitu saat jari-jari tangan “Dana” menyentuh bibir dan wajah Laras, saat menenangkan Laras. Laras tidak marah saat “Dana”melakukan hal tersebut. Padahal “Dana” adalah orang yang baru dikenalnya, Justru Laras sedkit tenang dan merasa nyaman saat berada bersama “Dana”.
Malam kian larut saatnya “Dana” pulang. Ya… malam ini adalah malam yang penuh kepedihan bagi Laras, karena Laras tidak kuasa untuk menerima kenyataan kalau “Dana” akan pergi. Malam itu Laras tidak bisa tidur, air mata Laras tak kunjung berhenti, derai air mata untuk orang yang baru dikenal tapi orang tersebut sangat special bagi Laras. Sosok cowok yang hanyalah seorang teman yang baru dikenal.
24 Agustus 2009
Saatnya sahur tiba, dan masih seperti hari yang kemarin. Mereka mengawali hari dengan sms dan telpon, dan tak terasa mentari bersinar dan saatnya “Dana” berangkat kerja.
Pagi beranjak pergi siang pun datang, siang berganti malam dan saat pulang dari tarawih Laras duduk di depan teras rumahnya.
“hai…aku datang…, tapi aku ga mau liat kamu nangis lagi n aku ga mau liat kamu sedih lagi. Kalau kamu masih sedih n nangis lagi aku pulang aja dech, senyum dulu dong…” ucap “Dana” berusaha untuk membuat Laras tersenyum.
“Iya… nich aku udah senyum kok, aku ga sedih lagi kok, lagian siapa juga yang nangis n sedih, ga penting banget tau nangis n sedih buat kamu” ucap Laras berusaha menutupi rasa sedih dihatinya.
“Bener ga sedih? Beneran aku ga penting” goda “Dana”.
“Udah na jangan bikin aku salah tingkah” Laras berusaha menutupi kesedihannya, karena dia sudah berjanji pada “Dana” untuk tidak sedih lagi. Tapi Laras tidak sanggup menahan derai air matanya jika mengingat kalau sebentar lagi “Dana” akan meninggalkannya dan meninggalkan kota kelahirannya.
“Kamu khan udah janji ma aku ga akan sedih lagi, tolong jangan buat aku makin merasa bersalah sama kamu, gara-gara aku kamu selalu sedih. Jangan sia-siakan air mata kamu cuman buat cowok macam aku, aku mohon” ucap “Dana” dan jari tangan “Dana” mengusap air mata yang mengalir di wajah Laras.
“Tapi kenyataannya…” belum selesai Laras berbicara jari tangan “Dana” menahan bibir laras untuk berbicara.
“Aku mohon aku ga bisa liat kamu sedih, aku ga bisa liat kamu nangis lagi, jadi malam ini kita jangan bicarakan kepergian aku, sebab aku ga mau liat kamu sedih” ucap “Dana” berusaha menenangkan Laras
“Dana” berusaha untuk membuat Laras tidak memikirkan kepergian “Dana” mereka pun mengobrol sampai malam. Dan saat malam telah larut “Dana” pun pamit pulang.
Masih seperti malam sebelumnya setelah “Dana” pulang mereka melanjutkan pembicaraan mereka lewat telpon.
Masih seperti malam sebelumnya setelah “Dana” pulang mereka melanjutkan pembicaraan mereka lewat telpon.
“Kamu lagi nangis ya?” Tanya “Dana”
“Kata sapa? Ngapain juga nangis, emang anak kecil, aku lagi pilek tau”
“Aku bisa bedain orang yang lagi nangis ama yang lagi pilek, khan kamu dah janji untuk ga sedih lagi, aku jadi ngerasa ga enak karena udah buat kamu sedih selama kenal aku” ucap “Dana” penuh perhatian.
Laras berusaha menutupi rasa sedih itu namun , tetap saja “Dana” bisa merasakan kesedihan yang dirasakan Laras tersebut.
25 Agustus 2009
Malam ini “Dana” lembur kerja, dan hari ini mereka tidak bisa bertemu hanya lewat sms dan telpon saja yang bisa mereka lakukan.
26 Agustus 2009
Malam ini mereka bertemu di teras rumah Laras dan mereka pun mengobrol seperti malam sebelumnya. Hal rutin yang berusaha mereka lakukan untuk mengisi waktu yang tersisa sebelum “Dana” meninggalkan Laras.
“Kamu mau minta apa sebelum aku pergi?” Tanya “Dana.
“Ga aku ga minta apa-apa kok”.
“Beneran nich, selagi aku masih disini ntar aku dah ga disini kamu baru minta” desak “Dana”.
“Aku cuman minta kamu jangan pergi itu aja, khan teman kamu sebagian ada yang ga pergi” jawab Laras pelan.
“Ya ga mungkin, khan tiket udah terbeli, sebenernya awal kerja aku ditawarin untuk bertahan dulu disini tapi aku ga mau”
“Kok kamu ga mau?”
“Iya bos aku nawarin itu saat aku belum kenal kamu, kalau saat dia nawarin aku tetap bertahan disini saat aku udah kenal kamu. pasti langsung aku terima, dia tawarin itu saat aku belum kenal sama kamu” jawab “Dana”
“Besok malam terakhir aku bisa lihat kamu” ucap Laras dengan menahan derai air matanya.
“Aku mohon kita jangan bahas itu, aku bener-bener ga bisa liat kamu sedih dan nangis” “Dana” berusaha membujuk Laras untuk tidak membahas hal tersebut. Karena “Dana tau kalau mereka mebicarakan perpisahan itu Laras pasti sedih.
“Besok masih kerja ya? Besok lembur ga? Besok masih bisa ketemuan khan pulang tarawih?”
“Iya besok terakhir kerja, tapi ga tau besok lembur atau ga, tapi aku usahain untuk ke rumah kamu besok, yang penting kamu ga boleh sedih, khan kita masih bisa telponan n smsan walau jarak kita jauh. Iya khan…” ucap “Dana” berusaha to membuat Laras tersenyum lagi.
27 Agustus 2009
Selesai pulang tarawih Laras menunggu “Dana” di teras rumah, tak lama kemudian “Dana” datang. Malam ini adalah malam terakhir untuk mereka bertemu, malam perpisahan mereka. Malam yang sangat menyakitkan buat Laras sebab esok malam Laras tidak lagi bisa duduk berduaan dengan “Dana”.
“Besok aku berangkat dari rumah jam 2 siang, jadi aku pamitnya ama kamu malam ini aja, besok aku baru pamit ama bude ama pakde. Besok aku dah ga kerja jadi besok aku pengen istirahat aja di rumah”
“Jadi kita ketemunya cuman malam ini aja? Besok aku ga boleh ketemu kamu lagi? Gitu maksudnya?” Tanya Laras disertai derai air matanya.
“Ssssttt…. Kamu ga boleh nangis lagi khan kamu dah janji ga bakal nagis lagi, aku sengaja pamit malam ini sama kamu, karena aku ga maunya klo aku pamit besok trus kamu nagis seperti ini, kamu jadi buat aku makin berat untuk ningalin kamu, tolong aku, aku mohon jangan buat aku makin berat ningalin kamu dan juga ninggalin kota ini”
“Dana” berusaha menghibur Laras dan berusaha menenangkan Laras agar tidak menangis lagi. “Dana” berusaha bercanda agar Laras mau tersenyum dan tertawa lagi. Hal yang selalu diingat Laras kalau “Dana” mulai bercanda atau gemas terhadap Laras yaitu “Dana” sering menyentil hidung Laras dan kadang “Dana” mencubit leher Laras, karena memang sejak awal “Dana” sangat suka melihat leher Laras. Tapi malam ini ada yang berbeda, tiba-tiba tangan “Dana” diletakkan di pangkuan Laras. Laras makin tidak mengerti dengan malam ini. Pertemanan yang “Dana” dan Laras jalin memang sangat rumit untuk dimengerti. Bagi Laras tidak wajar seorang teman meletakkan tanggannya dipangkuan Laras, kalau perempuan wajar saja. Tapi ini adalah “Dana” teman baru Laras yang baru dikenalnya beberapa hari yang lalu.
“Dana” berusaha menghibur Laras dan berusaha menenangkan Laras agar tidak menangis lagi. “Dana” berusaha bercanda agar Laras mau tersenyum dan tertawa lagi. Hal yang selalu diingat Laras kalau “Dana” mulai bercanda atau gemas terhadap Laras yaitu “Dana” sering menyentil hidung Laras dan kadang “Dana” mencubit leher Laras, karena memang sejak awal “Dana” sangat suka melihat leher Laras. Tapi malam ini ada yang berbeda, tiba-tiba tangan “Dana” diletakkan di pangkuan Laras. Laras makin tidak mengerti dengan malam ini. Pertemanan yang “Dana” dan Laras jalin memang sangat rumit untuk dimengerti. Bagi Laras tidak wajar seorang teman meletakkan tanggannya dipangkuan Laras, kalau perempuan wajar saja. Tapi ini adalah “Dana” teman baru Laras yang baru dikenalnya beberapa hari yang lalu.
“Udah malam aku pulang dulu ya, aku juga sekalian pamit ma kamu khan besok aku udah pergi, aku ucapin banyak terima kasih atas semua kebaikan kamu selama aku ada disini. Aku juga minta maaf atas semua kesalahan aku. Aku mau kamu janji ma aku, klo kamu ga boleh nangis n sedih lagi, kamu mau khan janji buat aku?
“Iya, aku juga minta maaf atas semua kesalahan aku, aku yang makasih banget ma kamu karena aku sering bikin kamu repot, aku udah banyak sita waktu kamu, yang pasti aku makasih banget karena kamu udah nemenin aku selama kamu disini” ucap laras pilu.
“Ya udah aku pulang dulu ya, selama aku pergi kamu ga boleh bandel ya. Sekarang kamu masuk gih udah malam”.
Laras segera menuju teras atas rumahnya, karena memang dari dulu kalau Laras sedang sedih, Laras banyak menghabiskan waktunya di teras atas tersebut sampai larut malam. Laras pun duduk menyendiri di sana, ditemani bintang dan bulan. Hembusan angin malam yang bertiup. Laras menangis sendiri tak kuasa mengahadapi kenyataan kalau malam ini adalah malam terakhir Laras bisa berduaan dengan “Dana”. Laras mencoba untuk menelpon “Dana” tapi tidak diangkat. Laras mencoba mengirm sms agar “Dana” mau mengangkat telpon. Tapi “Dana” tetap tidak mau mengangkat telpon. Tak lama masuk sms dari “Dana´yang menjelaskan kenapa dia tidak mau angkat telpon Laras malam ini. Ternyata “Dana” ga kuasa untuk mendengar tangisan Laras, sebab kesedihan Laras membuat “Dana” makin berat untuk meninggalkan kota kelahiran Laras tersebut. Dan “Dana” berjanji sesampainya di kota tujuan “Dana” akan mengabari Laras.
28 Agustus 2009
Hari ini tepat tanggal 28 Agustus 2009. Saatnya “Dana” meninggalkan kota kelahiran Laras. Sejak pagi hari “Dana’ hanya diam di rumah, saat hari mulai siang “Dana” keluar rumah, tak lama kemudian “Dana” menghampiri dan menjemput Laras yang berada di rumah Mba Iin.
“Laras! Itu nah ada Dana, datangin dah khan hari ini terakhir ketemu” ucap Mba Iin saat melihat “Dana” menuju rumah Mba Iin.
“Biarin aja” jawab Laras singkat.
“Laras… Laras… Laras…” panggil “Dana” dari samping pagar.
“Itu nah di panggil Dana, pergi dah ga boleh gitu dong, khan hari ini Dana udah mau pergi” nasehat Mba Iin.
Laras pun segera menghampiri “Dana” mereka pun berjalan kaki berdua menuju rumah Laras.
“Kamu mau ikut antar aku ke bandara kah?” Tanya “Dana”.
“Ga ah aku di rumah aja” jawab Laras dengan suara yang terdengar sedih.
“Ya udah klo gitu aku mau pamit ama Bude dan pakde, aku udah mau berangkat sekarang”
Kemudian Laras mengantar “Dana” untuk pamit ke orang tua Laras. “Dana” pun segera berpamitan ke kedua orang tua Laras.
“Ya mudah-mudahan kamu bisa cepat balik kesini lagi ya, hati-hati di jalan bude cuman bisa kasih doa mudah-mudah selamat sampai tujuan” doa bunda Laras pada “Dana” dan tangan bunda Laras menepuk bahu “Dana”. Bunda Laras melakukan hal tersebut hanya untuk orang-orang yang dekat dan yang dia sayangi, Laras juga tidak menyangka kalau bunda Laras juga memiliki harapan yang sama dengan Laras yaitu agar “Dana” bisa segera kembali ke kota kelahiran Laras tersebut.
“aku pergi dulu ya, kamu ga boleh bandel ya selama aku tinggal, janji ga boleh sedih n nangis lagi, biar aku ga berat ningalin kota ini” pamit “Dana” pada Laras seraya tak kuasa melihat kesedihan yang terlihat jelas di mata Laras.
Yang tersisa sekarang hanyalah kenangan-kenangan indah yang sudah “Dana” berikan pada Laras sejak awal kenal hingga saatnya jarak memisahkan mereka. Pertemanan yang sangat indah, pertemanan yang layak untuk dikenang. Kini semuanya menjadi kenangan, bangku teras rumah Laras dan sofa teras rumah “Dana” menjadi saksi bisu pertemanan mereka. Kini Laras hanya bisa memandang sofa tersebut dan berharap sosok “Dana” duduk di sofa tersebut.
Hari-hari terasa sunyi saat kepergiaan “Dana”, Laras hanya bisa berharap kelak suatu saat dia bisa bertemu dengan “Dana”. Kesedihan masih terlihat diwajah manja Laras, kesedihan karena harus berpisah dengan teman terbaik yang sempat Laras kenal. Pertemanan yang singkat namun sangat penuh arti bagi Laras.
Hari-hari terasa sunyi saat kepergiaan “Dana”, Laras hanya bisa berharap kelak suatu saat dia bisa bertemu dengan “Dana”. Kesedihan masih terlihat diwajah manja Laras, kesedihan karena harus berpisah dengan teman terbaik yang sempat Laras kenal. Pertemanan yang singkat namun sangat penuh arti bagi Laras.
“Hai apa kabar? Udah nyampe ya? Kok ga ada telpon sih” ucap Laras saat menelpon “Dana”.
“Iya ini aku baru mau kasih kabar tapi kamu udah telpon duluan, maaf tadi aku cuman sempat smsan aja ama kamu, sebab tadi batrai hp aku low banget, aku udah nyampe n besok aku udah mulai kerja disini, gmana kabar kamu?” Tanya “Dana”.
“Kabar aku baik kok, ini juga baru aja pulang tarawih, malam ini terasa aneh biasanya pulang tarawih kamu selalu temanin aku di rumah, tapi sekarang aku cuman bisa memandang sofa teras rumah kamu”
“Kamu pasti sekarang lagi di teras atas iya khan?” tebak “Dana”.
“Iya nich aku lagi duduk sendirian di teras atas”.
“Maaf ya tadi saat aku keluar gang aku ga noleh saat kamu panggil, sebab aku ga tega lihat wajah kamu. Saat aku pamit ama bude n pakde aja aku ga tega banget mandang wajah kamu. Aku harap kamu ga sedih lagi sekarang, sebab klo kamu sedih bakal buat aku jadi ngerasa beban n berat banget tinggal disini” ucap “Dana” berusaha menghibur Laras.
“Aku khan udah janji untuk ga sedih, eh kamu tau ga? Aku tuh suka banget klo ada cowok yang nyanyi buat aku, cuman kamu yang belum nyayi buat aku, nyanyi dong…” pinta Laras.
“Disini ga ada gitar, ntar deh klo aku dah pulang kampung aku bakal telpon kamu n nyanyiin buat kamu n diiringi ama suara gitar aku” janji “Dana” buat Laras.
“Ih beneran yaaa, emang ntar kamu mau nyanyi lagu apa?”
“Terserah kamu aja, khan kamu yang minta aku nyanyi buat kamu”
“Gini aja deh ntar kamu nyanyiin aku lagu kesukaan kamu aja dech, emang kamu suka lagu apa? Tanya Laras.
“Aku sich paling suka ama lagu-lagunya Pas Band”
“Emang grup band itu masih ada? Trus kamu mau nyayiin untuk aku lagu yang mana? Tanya Laras.
“Masih ada kok, n baru ngeluarin album baru juga kok, ntar aku nyayiin yang judulnya “AKU”. Itu dari album terbarunya, lagunya dan juga syairnya bagus kok” jawab “Dana”
29 Agustus 2009
Kini mereka hanya bisa berkomunikasi jarak jauh, dan Laras hanya bisa memandang foto “Dana” yang diambil dari Facebook. Rasa rindu yangtak terbendung membuat Laras selalu ingin telpon dan sms “Dana”. Hingga suatu hari Laras dan “Dana” bertengkar karena saat sahur Laras menelpon “Dana” tapi yang mengangkat telpon bukan “Dana” tetapi teman “Dana”. Karena yang mengangkat telpon bukan “Dana” Laras pun marah. Seharian ini mereka tidak telpon dan sms. Tapi akhirnya Laras tidak tahan untuk tidak sms atau pun telpon “Dana”.
Saat berbuka puasa Laras pun mengirim sms ke “Dana” dan meminta maaf karena saat sahur tadi Laras sempat marah ke “Dana”. Dan ternyata “Dana” juga merasa bersalah karena sempat menyalahkan Laras. “Dana” pun menjelaskan kenapa saat Laras telpon bukan “Dana” yang mengangkat, sebab saat Laras telpon, hp “Dana” ditinggal di kamar dan “Dana” saat itu sedang mencari warung untuk makan sahur. Sebagian dari sms yang dikirim “Dana” saat berbuka puasa:
Mfin aq jg ya.aq uda ksar bgt ma u.cm krna aq lg kcpean aq lampiasin ma u.mfin aq.dsni lum buka kok.msh lma.met brbka puasa ja.skli lg mfin aq (dikirim 29-Agt-2009 17:33:18)
Dr kmrn aq uda ngrasa brslah bgt ma u.aq g brani bwt sms u tkut’y u g maw trima smsq.ag g krj ko.dr td pg ag tdr trus (dikirim 29-Agt-2009 17:36:36)
Iya agak krg enk bdan.gpp ko.mkin krna kcpean ja. (dikirim 29 –Agt_2009 17:38:51)
Karena tidak mau terlalu banyak menyita waktu “Dana” pulang tarawih Laras sengaja tidak menghubungi “Dana” tapi tak lama kemudian “Dana” mengirim sms.
Mlm.uda tdr ya?ko g sms?pa lg malming ya? (dikirim 29-Agt-2009 20:46:44)
Mlm mgguan ma tiker ni.tdran tyus.emg u g dayg ngapel ya?duh kcian..hehehe.mf bcnda. (dikirim 29-Agt-2009 20:53:32)
Ni uda maw tdr bis mnum obt.ya dah met ngpain jay a.u g ush sungkan gto ma aq.klo mawsms,sms ja klo g aq bls brarti aq sbuk or g pny pls.hehe.met mlm ja bwt u (dikirim 29-Agt-2009 21:02:47)
30 Agustus 2009
Biasanya saat “Dana” masih berada di kota kelahiran Laras, Laras selalu mengirim ucapan selamat pagi tapi saat mengirim sms Laras bisa menatap wajah “Dana” tapi sekarang Laras hanya bisa melihat balasan sms dari “Dana” saja, tanpa bisa melihat wajah “Dana”.
Pg jg.mkch ya.met ngpain jg u dst (dikirim 30-Agt-2009 07:57:22)
Dan saat berbuka puasa Laras menyempatkan diri untuk mengirim sms ucapan berbuka puasa, dan dibalas dengan segera oleh “Dana”.
Mkch.dst uda hmpr isya ya?traweh g? (dikirim 30-Agst-2009 17:56:02)
Alasan traweh tp ujung’y mojok ya?hehe.u g pngen?buka pkai pa td?mam g? (dikirim 30-Agt-2009 17:59:09)
Lah kok g prnah mkan nasi?eh tmn2q yg dstuda pd mau blik jkt lum?dnger g kbr’y? (dikirim 30-Agt-2009 18:01:52)
Weh enak bgt.dsni lmbur trus.ntr mlan uda pst lmbur lah.mkin mggu dpan uda nyantai aq.eh ya dah ya.pls’q ludes ni10rb uda 3hr g isi.mklum bos msh dstu sie (dikirim 30-Agt-2009 18:06:29)
1 September 2009
Awal September masih berselimut kesedihan mengingat sosok “Dana” tak lagi menemani hari-hari Laras. Sosok fisiknya sudah jauh pergi yang ada hanya suaranya dari telpon ataupun sms-sms nya. Saat jam istirahat “Dana”, Laras menyempatkan mengirim sms ke “Dana” sekedar sms ucapan met istirahat, karena Laras tau saat bulan puasa seperti ini “Dana” mengisi jam istirahatnya dengan tidur siang. Tapi “Dana” masih sempat membalas sms Laras sebelum tidur siang.
Dasar u ya.yups ag maw tdran dlu nie.aq g akn mrh lg ko.tnang ja (dikirim 1-Sep-2009 12:18:52)
Malam harinya Laras sengaja tidak mengirm sms ke “Dana” sebab Laras tidak mau mengganggu waktu “Dana”. Karena Laras tau “Dana” di sana sangat sibuk dan pastinya sangat capek. Dan “Dana” pastinya butuh waktu buat istirahat, tapi ternyata justru “Dana” mengirim sms duluan ke Laras.
Mlm.ko g da kbr?uda tdr lum nie?mf ganggu (dikirim 1-Sep-2009 23:20:26)
Betapa senangnya Laras karena “Dana” kirim sms duluan, sebab Laras berpikiran kalau “Dana” hari ini pasti capek banget karena harus lembur. Tapi kenyataannya justru “Dana” masih peduli dan perhatian pada Laras walau jarak sudah memisahkan mereka.
2 September 2009
2 September 2009
Selama bulan Ramadhan ini Laras memang jarang menonton tv, waktunya disibukkan dengan hal lainnya. Jadi saat ada berita tentang gempa Laras langsung panik, sebab Laras lagsung teringat “Dana”. Laras sangat khawatir sekali dengan keadaan “Dana”. Laras segera mengirim sms ke “Dana”untuk menanyakan kabar “Dana”. “Dana” pun membalas sms Laras
Aq bae ja ko.ni br jam au istrht.iya sie td smpt panik.tp cm bntar ja.emg jkt mn yg kena parah?aq d’jakbar. (dikirm 2-sep-2009 17:45:39)
Sapa jg yg maw ngmuk.aq gpp ko.mksh ya u prhtian bgt ma aq.aq jg kangen suara u.kpn maw tlp? (dikirm 2-Sep-2009 17:52:29)
Lega rasanya Laras saat mengetahui kalau “Dana” dalam keadaan baik-baik saja, dan Laras juga senang dengan sms “Dana” sebab ternyata tanpa di sadari “Dana” baru saja mengakui kalau dia juga kangen dengan Laras.
4 September 2009
Malam ini Laras mengirim sms duluan pada “Dana”. Karena setiap malam datang menjemput saat Laras terdiam sendiri, bayangan “Dana” selalu datang menghampiri membuat Laras makin rindu dengan “Dana”. Karena rindunya yang sangat tebal Laras pun mengirim sms ke “Dana” dan begitu cepat dibalas oleh “Dana”
Mlm jg,br ja aq maw sms u.mf aq lum bs bka blog u.lg ngirit pls.hehe.kok lum tdr? (dikirim 4-Sept-2009 22:25:40)
Br bis mndi ni.bnr ko br ja pgang hp eh u dah sms.ni uda start tdran.hehe (dikirim 4-Sep-2009 22:39:42)
Mf td dpt tlp.met tdr jg bwt u. (dikirim 4-Sep-2009 23:01:35)
8 September 2009
Sebelum tidur Laras sengaja duduk di teras atas, sebab Laras sengaja malam ini mau menelpon “Dana”. Laras memang sangat suka menelpon ataupun terima telpon dari teras atas rumahnya. Saat Laras menelpon “Dana’ malam itu kebetulan banget teman-teman “Dana” sedang makan bakso di teras bawah rumah Laras. Jadi Laras juga tidak tahu apakah teman “Dana” mendengarkan pembicaraan mereka atau tidak.
“Lagi sibukkah? Maaf ni aku telpon cuman mau nanya, besokkan teman-teman kamu udah pada pergi, kamu mau aku bawain apa dari sini? Ntar biar aku titipin ama temen-temen kamu dech” ucap Laras saat menelpon “Dana”.
“Aku ga lagi sibuk kok, aku udah di rumah keluarga aku, aku udah ambil libur duluan, khan udah aku kasih tahu ama kamu beberapa hari yang lalu klo aku hari ini mau jenguk keluarga aku, ga usah dibawain apa-apa. Aku udah terlalu banyak ngerepotin kamu, aku ga mau ngerepotin kamu lagi”. Jawab “Dana”.
“Ih berarti ni malam kamu nyanyi buat aku dong diiringi ama suara gitar kamu, khan kamu udah janji” ucap Laras dengan gaya manjanya pada “Dana”.
“Aku bukan di rumah, tapi masih tempat keluarga, ntar klo udah pulang kampung yaaa, khan gitarnya ada di rumah, disini ga ada gitar”
“Iya dech hehehe aku khan cuman mau ngingatin aja yee” jawab Laras berusaha ‘ngeles’.
Hari ini 9 September 2009, hari ini tidak ada sama sekali sms ataupun telpon dari “Dana”. Laras berusaha sms namun tidak dibalas, Laras pun berusaha menelpon “Dana” tapi tetap tidak diangkat. Hari berganti hari dan tidak ada balasan sms dari “Dana” ataupun telpon dari “Dana’
Laras semakin khawatir terhadap keadaan “Dana” karena sudah beberapa hari “Dana” tidak mengangkat telpon dari Laras. Laras tidak tahu dan tidak mengerti kenapa “Dana” tidak membalas dan mengangkat telpon Laras. Laras makin sedih sebab hal seperti ini tidak pernah terjadi pada mereka berdua. Laras merasa tidak ada masalah dengan “Dana”.
Laras berusaha terus untuk bisa menghungi “Dana”, karena melalui sms dan telpon tidak mendapat respon, Laras pun berusaha menghubungi “Dana” melalui email. Laras mengirim email pada “Dana” tapi tetap juga tidak dib alas oleh “Dana”.
Laras sangat sadar akan posisi Laras. Laras hanyalah teman “Dana”, tapi kalau memang “Dana” menganggap Laras sebagai teman kenapa “Dana” tidak mau mebalas sms ataupun menerima telpon Laras. Kalau memang “Dana” sedang punya masalah khan tidak ada salahnya kalau “Dana” mengangkat telpon walau hanya “say halo…”. Tapi “Dana” seperti berusaha menghindar dari Laras, Laras menyadari kalau “Dana” berusaha menghindar dari Laras, yaitu saat Laras menelpon “Dana”, dan Laras tidak menggunakan nomor Laras. Laras menelpon menggunakan nomor yang lain dan diangkat oleh “Dana”.
“halo…” suara “Dana” terdengar ragu untuk bersuara.
“Kenapa kamu ga mau angkat telpon aku?” Tanya Laras
“Ga papa kok aku cuman lagi sibuk aja” ucap “Dana” dengan nada suara yang tdak seperti biasanya.
“Sibuk apa? Kamu khan lagi di rumah, kamu kenapa sich ga mau angkat telpon aku lagi? Tanya Laras berusaha menahan tangisannya. Tapi belum selesai Laras berbicara, “Dana” segera menutup telponnya.
Laras makin bertanya-tanya ada apa ini? Kenapa “Dana” berusaha menghindar dari Laras? Kenapa dia tidak mau berterus terang? Kenapa dia memutuskan pertemanan ini? Kalau pacaran ada kata putus, tapi kalau pertemanan tidak ada kata putus. Segudang Tanya dan kepedihan di hati Laras. Tapi Laras sangat yakin suatu saat waktu akan menjawab ini semua. Cepat atau lambat Laras akan terus berusaha untuk mendapatkan jawabannya.
Sekarang yang dimiliki Laras hanyalah sepenggal kenangan-kenangan indah bersama “Dana”. Kenangan-kenangan saat “Dana” berada dekat di sisi Laras dan juga kenangan saat “Dana” berada jauh dari Laras. Apapun yang terjadi bagi Laras, “Dana” adalah salah satu teman terbaik yang pernah Laras kenal. Salah satu teman yang punya arti tersendiri di hati Laras. Walaupun sekarang “Dana” mencoba hilang dari hidup Laras, tapi Laras berusaha menbuat agar sosok “Dana” masih terasa hidup di keseharian Laras. Apapun yang dilakukan “Dana”, bagi Laras “Dana” tetap “Dana” yang dulu, bagi Laras “Dana” tetaplah teman yang baik. Sekarang hanyalah kenangan yang tersisa dan sebuah pengharapan agar kelak suatu hari pertemanan mereka bisa utuh seperti awal mereka kenal. Seperti kalimat yang pernah di ucapkan teman “Dana” pada Laras“Kalau pacaran ada istilah kata putus, tapi kalau pertemanan tidak ada istilah kata putus”
-----------------------------@@@@@@@-------------------------------
Sumi harap para pembaca bisa senang dengan cerpen Sumi ini. Walau kisahnya tidak seperti Eiffel I’m In Love yang berakhir bahagia, dan tidak juga seperti buku-buku karangan Zettira yang kurang percaya dengan Cinta. Sumi mencoba meberikan sedikit sentuhan berbeda pada cerpen Sumi ini, yaitu bahwa tidak semua kisah atau cerita harus berakhir bahagia.
Sumi sangat mengharapkan komentar, masukan, dan kritikan dari pembaca agar Sumi bisa menghasilkan cerpen-cerpen yang lebih bagus lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar