”Tuh kita punya tetangga baru“ ucap ayah Laras seraya menunjuk rumah kontrakan depan rumah mereka.
“Masa sich? Emang kapan datangnya? Kok Laras ga tau klo kita punya tetangga baru“ Tanya Laras.
“Sejak kapan sich kamu mau peduli dan mau memperhatikan tetangga, yang kamu tahu dan yang kamu pikirkan cuman diri kamu sendiri“ jawab ayah Laras.
Laras merupakan anak bungsu dari keluarga Bratawijaya. Seorang gadis yang terlalu apatis terhadap lingkungan sekitar rumahnya, yang dia pedulikan dan yang dia pikirkan hanya diri dia sendiri. Laras anak yang suka dimanja namun memiliki jiwa mandiri. Sejak lulus bangku SMK dia bekerja untuk membiayai kuliahnya sendiri dan masih bisa menyisihkan sedikit gajinya untuk diberikan ke bundanya. Laras baru saja resign dari tempat kerjanya, jadi sekarang waktunya banyak dihabiskan di rumah. Laras memang terlalu apatis terhadap lingkungan tetangga dia. Saat dia masih bekerja dulu, waktunya lebih banyak di habiskan dikantornya, terkadang pukul 21.00 wita Laras baru sampai di rumah.
Tadi malam rumah kontrakan yang berada tepat di depan rumah Laras sudah ada yang menempati. Penghuni baru rumah tersebut yaitu sejumlah pekerja proyek dari luar kota. Mereka mengontrak rumah tersebut hanya dua bulan karena kebetulan target penyelesaian proyek tersebut maksimal 2 bulan. Semua pekerja proyek tersebut adalah laki-laki. Dan kebetulan sekali dari sejumlah cowok yang tinggal di rumah tersebut ada satu orang yang menarik perhatian Laras.
Laras memang sangat apatis terhadap lingkungan tetangga. Tetapi sejak Laras memiliki tetangga baru tersebut, Laras tidak pernah lagi apatis terhadap lingkungan tetangganya. Ternyata sekarang dia memiliki kebiasaan baru yaitu kebiasaan suka memperhatikan salah satu penghuni yang mengontrak di depan rumahnya tersebut. Yaitu sesosok cowok berkacamata yang sangat pendiam dan juga cool.
Rumah tersebut tepat didepan rumah Laras, sehingga dia dengan sangat mudah untuk bisa memperhatikan cowok berkacamata tersebut.
Hari demi hari dilalui begitu saja, dan Hari demi hari juga berlalu dengan segudang rasa penasaran dan segudang tanya siapa sich dia?. Laras makin tenggelam dalam rasa penasaran ingin bisa kenal dengan cowok berkacamata tersebut.
“ Mba pernah ga ditegur ama cowok yang pake kacamata yang tinggal didepan rumah aku? “ Tanya Laras pada Mba Iin tetangga sebelah rumah Laras.
“ Pernah, emang kenapa? Orangnya ramah kok, peneguran lagi “jawab mba Iin.
“ Kok aku ga pernah ditegur, disenyumin aja ga pernah, emang apa yang salah ama aku ya? tanya laras sedih.
Rasa penasaran laras makin menjadi setelah mengetahui hanya dia saja yang tidak pernah ditegur dan disapa ama cowok berkacamata tersebut. Karena rasa penasaran yang makin memuncak laras mencoba memberanikan diri untuk mencari tahu tentang cowok berkacamata tersebut dari teman-temannya. Kebetulan sekali teman cowok berkacamata tersebut sering main ke rumah Laras dan akrab dengan ortu Laras. Dan tanpa ragu-ragu Laras menanyakan nama cowok berkacamata tersebut dari temannya. Dan akhirnya Laras mengetahui nama cowok berkacamata tersebut, namanya adalah “Dana”. Nama yang indah untuk sosok seorang yang indah juga.
Satu rasa penasaran di hati Laras sedikit terobati, kini Laras sudah mengetahui namanya yaitu “Dana”. Setiap hari yang disebut-sebut hanya “Dana”… “Dana”… “Dana”…. Sekarang keinginan tahuan Laras bertambah lagi, Laras ingin sekali bisa berkenalan dan bisa dekat dengan “Dana”. Tapi bagaimana caranya?.
20 Agustus 2009
“ Tolong antarkan ini ke rumah pak Ustadz . ” ucap bunda Laras, seraya menyodorkan rantang makanan kepada Laras.
“ Kok Laras sich bunda? Kenapa ga ayah aja sich? “ tolak Laras.
“ Ayah lagi tempat pakde, khan cuman di bawah gang aja, khan ga jauh, trus jangan lupa mampir ke toko bawah belikan belanjaan bunda ini ya untuk tambahan makanan acara yasinan ntar malam “ pinta bunda pada Laras.
Akhirnya Laras pergi mengantarkan serantang nasi tersebut. Setelah pulang dari tempat pak ustasz Laras langsung menuju toko untuk membelikan pesanan bunda Laras.
“ Tante ada soun kah?” Tanya Laras pada pemilik toko.
“Ada tapi bentar ya mba, saya ambilkan dulu di gudang” jawab si pemilik toko.
“Iya dech “ jawab laras sambil cemberut karena harus menunggu lagi.
Tapi tanpa disadarinya saat menunggu si pemilik toko mempersiapakan pesanan Laras “Dana “ lewat didepan toko tersebut. Dan spontan wajah Laras ceria mendadak, dan meminta kepada si pemilik toko untuk segera membungkus belanjaan Laras tadi. Dan Laras segera bergegas meninggalkan toko tersebut agar bisa pulang berbarengan dengan “Dana”, sebab rumah mereka berdua satu arah jadi secara otomatis mereka bisa berbarengan. Laras keluar dari toko tersebut dan berjalan tepat di belakang “Dana” dan seorang temannya.
Akhirnya Laras bisa melihat “Dana” dengan jelas tepat didepan mata Laras. Awalnya “Dana” dan seorang temannya tidak menyadari kalau di belakang mereka ada Laras yang pulang dengan arah yang sama dengan mereka. Kebetulan teman “Dana” tersebut kadang main ke rumah Laras dan akrab dengan orang tua Laras , jadi teman “Dana” tersebut kenal dengan Laras. Tak lama kemudian teman “Dana” tersebut menyadari kalau dibelakang mereka ada Laras, spontan teman “Dana” menyapa Laras
“Lho dari mana mba? Tanya teman “Dana”.
“eh… ini lagi disuruh bunda antar nasi tempat pak ustadz trus disuruh mampir juga beli belanjaan ini, to acara yasinan ntar malam” jawab Laras grogi.
“oh… saya kira dari jalan-jalan ke mall, permisi saya mampir ke toko ini dulu ya mba…mari…” ucap teman “Dana” pamit untuk mampir ke toko dan membiarkan “Dana” dan Laras pulang berduaan. Dan sekarang Laras dan “Dana” pulang beriringan.
“Hai Dana… satu-satunya orang yang ga pernah menyapa n negur-negur aku, jangankan menyapa, senyum aja ga pernah” ucap Laras sok jutek padahal jantugnya berdegup sangat kencang karena tak kuasa menahan rasa bahagianya karena bisa bertegur sapa dengan “Dana” dan bisa pulang bareng.
“Lha gamana mau negur n mau senyum, wong ketemunya aja baru sekarang, khan kita ga pernah berpapasan atau ketemuan” jawab “Dana” polos.
“Ih ya ampun khan tiap hari aku liat kamu, n tadi pagi aja waktu aku cuci motor ama temen aku di depan rumah, kamu khan ada lewat di depan rumah aku, eh bukanya senyum or negur eh…kamu malah asyik mainan dengan hp kamu”
“Masa sich , beneran deh aku baru ketemu ma kamu ya baru kali ini”
“Ya udahlah ga usah dibahas, eh kamu kok ga keget sich, klo aku bisa tau nama kamu” ucap Laras
"pasti kamu nanya ama paklek khan? Khan paklek yang sering main ke rumah kamu, pasti kamu Tanya ama paklek” jawab “Dana”.
“Hehehe iya ..aku introgasi abis-abisan paklek, abisnya aku penasaran banget ama kamu, eh tapi kamunya malah ga tau-tau”
“Ih beneran bukan maksud aku seperti itu tapi beneran dech, aku tuh baru liat n ketemu ma kamu ya baru sekarang ini” ucap “Dana” seraya meyakinkan Laras. Tetapi belum selesai pembicaran mereka dan sesampainya di ujung gang.
“Aku permisi mampir ke warung ya, aku laper banget nich” pamit “Dana” sambil tersenyum.
“Iya, ya udah klo gitu aku duluan ya” ucap Laras sambil membalas senyuman “Dana”
Laras tidak bisa menutupi rasa yang bergejolak dihatinya, rasa senang, bahagia, grogi, semuanya bercampur aduk. Keceriaan dan kebahagiaan yang tidak bisa digambarkan oleh apapun. Karena Laras sangat tidak menyangka kalau akhirnya Laras bisa bertegur sapa dengan “Dana”, hal tersebutlah yang sangat di inginkan Laras sejak melihat “Dana”. Laras pun pulang dengan berlari-lari kecil kegirangan, belum sempat sampai di rumah dia bertemu Tiya adiknya Mba Iin, tanpa bisa menutupi rasa bahagianya Laras pun menghampiri Tiya.
“Kenapa? Kamu kenapa? Lari-lari sambil senyum-senyum, kenapa sich? Ngomong na.., ih aku penasaran na..woiiii halooo ada apaan sich?” Tanya Tiya penuh penasaran.
“Coba pegang dadaku, duh jantungku berdegup kencang, aku lagi grogi n seneng banget tau ga sich”
“iya tapi kenapa?”
“Coba tebak aku tadi pulang dari rumah pak ustadz bareng sapa? N aku tadi ngobrol ama sapa? Kamu tau ga sich… Dana! Dana! Dana! Si cowok cool berkacamata itu, duh aku akhirnya bisa ngobrol ama dia” dengan semangat 45 Laras meberitahukan hal bahagia itu ke Tiya.
“Kok bisa? Ceritanya gimana? Ih cerita dong…” Tanya Tiya lebih penasaran.
“Hehehehe ceritanya besok –besok aja ya, cuz nih bunda pasti lagi nunggu soun yang aku beli, besok aja ya ceritanya” ucap laras dengan gaya centil dan manjanya.
“Ih nih anak pergi niggalin rasa penasaran” jawab Tiya yang masih penasaran ingin mendengar cerita bahagia yang dibawa Laras.
21 Agustus 2009
Keesokan paginya tepat satu hari sebelum bulan Ramadhan. Pagi yang cerah dan ceria setelah kemarin sore Laras bertemu pujaan hatinya “Dana” dan dilanjutkan malam harinya disibukkan dengan acara yasinan ibu-ibu di rumah Laras, acara yasinan menyambut bulan Ramadhan yang suci dan penuh berkah.
Pagi hari Laras sudah disibukkan dengan list catatan dari bundanya untuk berbelanja ke pasar dan sekalian untuk menukar cincinnya dengan cincin yang baru karena Laras sudah merasa bosan dengan model cincin yang dia pakai sekarang. Setelah selesai dengan kesibukkannya di rumah, siang harinya setelah Dzuhur Laras bergegas ke pasar. Setelah Laras berpamitan pada bundanya, dan saat keluar rumah tepat diteras rumah, betapa terkejutnya Laras tanpa disadarinya “Dana” sedang duduk santai si sofa teras depan rumah kontakannya.
“Lho kok di rumah? Emang ga kerja? Tanya Laras
“Iya nich lagi ga enak badan, emang kamu mau kemana?” “Dana” balas bertanya.
“Emang kenapa? Mau ikut?”
“kemana dulu?”
“Ikut ga…?”
“Iya kemana?” Tanya “Dana”
“hehehe ke pasar di suruh bunda belanja” jawab Laras sambil nyengir.
“Ga ah… aku lagi ga enak badan, kapan-kapan aja dech” jawab “Dana” sambil tersenyum.
“Ya udah klo gitu, aku pergi dulu ya, Assalamualaikum” pamit Laras
“Waalaikum salam, hati-hati di jalan ya…jangan lupa oleh-olehnya hehehe” pesan “Dana” sambil tersenyum.
Benar-benar pagi yang sangat indah dan ceria. Dengan hati yang berbunga-bunga Laras segera menuju ke pasar dan Laras berencana tidak akan berlama-lama di pasar karena dia sangat berharap pulang dari pasar ‘Dana” masih duduk di sofa teras rumahnya. Sesampainya di pasar Laras bergegas membeeli belanjaan pesanan bundanya, dan segera dia pulang ke rumah.
“Laras…Laras..Laras lewat pintu belakang aja sayang, pintu depan bunda kunci” teriak bunda Laras dari samping rumah,
“Wah… batal dech ketemu ama Dana” gerutu Laras pelan.
Bergegas Laras masuk rumah melewati pintu belakang, dan segera Laras menuju teras rumah untuk melihat apakah “Dana” masih duduk di sofa teras rumahnya. Dan ternyata “Dana” masih duduk di sofa di teras rumahnya.
“Mana oleh-olehnya? Teriak “Dana” dari teras rumahnya.
“Ya… oleh-olehnya ga ada hehehe aku tadi buru-buru, habisnya panas banget di pasar” jawab Laras sambil nyengir kuda.
Kemudian mereka asyik mengobrol dari teras depan rumah masing-masing, dan tiba-tiba, ada suara trdengar “Laras! Laras! Laras!”
“Suara siapa sich teriak-teriak?” selidik “Dana”.
“Tau nich, ada suara ga ada orangnya, ya ampun ternyata disitu toh orangnya, itu nah om Toto lagi diatas pohon kelapa, lagi ngambil buah kelapa” jawab Laras.
“Mana sich orangnya”.
“Itu nah diatas pohon kelapa, ih capek juga ya ngomong ma kamu, habisnya ngobrolnya sambil jauh-jauhan jadinya khan musti ngeluarin energy untuk teriak-teriak” ucap Laras seraya berharap dalam hati kalau “Dana” mau main ke rumahnya.
Tak lama kemudian “Dana” menghampiri Laras yang masih di teras rumah. Betapa senangnya Laras karena baru kali ini “Dana” mau main menghampiri Laras ke rumah. Kemudian mereka pun berbincang berduaan di depan teras, hembusan angin dan sinar mentari yang cerah membuat suasana makin indah, seindah hati Laras yang sedang berbunga-bunga. Tanpa mereka sadari hari sudah sore, mulai siang sampai sore mereka mengobrol berdua.
“Ih udah sore ternyata, ga terasa ya rasanya baru sebentar aja kita ngobrol, cepet banget sich waktu berputar, tuh temen-temen aku udah pada pulang, aku pulang dulu ya, ga enak aku klo temen-temen aku tau klo aku ada di rumah kamu, sebab aku tadi ijin ga kerja karena aku sakit, lagian kamu juga musti mandi, udah sore. Ntar malam kamu terawih?” tanya “Dana”.
“Iya, kenapa kamu mau barengan kah? Klo mau barangan ntar aku tungguin dech” Tanya Laras berharap “Dana” mau pergi sholat tarawih bareng bersamanya.
“Aku ga janji, liat ntar malam aja, eh ngomong-ngomong aku belum tau nama kamu, nama kamu siapa sich? Kita udah dari tadi berduaan tapi dari tadi aku belum tau nama kamu” Tanya “Dana”.
“Usaha dong cari sendiri, aku aja nyari tau nama kamu bukan dari kamu tapi aku cari sendiri sekarang gentian dong hehe, sebenarnya klo kita ga ketemuan kemarin aku udah punya rencana mau minta no hp kamu dari paklek, hehehe biar aku bisa ganguin kamu” ucap Laras manja.
Kemudian “Dana” mengambil hp Laras dan menuliskan no hp nya di hp Laras.
“ini nomor ku” ucap “Dana” sambil menyodorkan hp Laras kearah Laras
“Ih kepedean dech, emang siapa yang nyuruh kamu tulis no hp km di hp aku, yeee pede banget sich kamu” ucap Laras dengan gaya centil dan manjanya.
“Ohhh ga mau toh ya udah aku hapus lagi dech nomorku” ancam “Dana” sambil menarik kembali hp Laras.
“Ih jangan dong, aku khan cman becanda, yeee perajuan banget sich nich orang, susah banget tau nyarinya kok mau di hapus sich. Ya sekalian di kasih nama dong mas, trus di save. Kamu tau ga sih saking penasarannya aku ma kamu, nama kamu aku jadiin wallpaper hp aku. Coba liat aja walpapernya kalau ga percaya” . Ucap Laras
“Kamu tuh kok aneh banget sich, aku ga pernah di perlakukan se special ini ama orang. selama aku kerja seperti ini juga, baru kali ini aku bisa punya kenalan, ya cuman kamu” jawab “Dana” serasa masih ga percaya klo Laras menganggap “Dana” itu cowok yang special.
“Jangankan kamu, aku sendiri juga ngerasa aneh kok aku bisa seperti ini ya, kok aku bisa care banget ama kamu, aneh ya, ya udah lah ga usah dipikirin”
“Ya udah klo gitu, kamu masuk gih, udah sore waktunya kamu mandi, aku pulang dulu ya” pamit “Dana” pada Laras.
”Ya udah aku masuk ya” ucap Laras sambil tersenyum pada “Dana”.
Adzan maghrib berkumandang saatnya sholat maghrib, selesai sholat maghrib Laras segera mengirm sms ke “Dana” untuk menanyakan apakah “Dana” pergi sholat tarawih atau tidak. Ternyata “Dana” memutuskan untuk tidak ikut sholat terawih dengan alasan masih ga enak badan. Selang beberapa saat Laras bergegas mempersiapkan diri untuk pergi sholat terawih. Laras segera keluar rumah, dan sesampainya di teras Laras melihat “Dana” ada di depan teras rumah “Dana”.
“beneran ga ikut tarawih?” Tanya Laras
“Ga ah kamu aja, aku masih ga enak badan”
“Ya udah aku berangkat dulu ya, Assalamualaikum” pamit Laras.
“waalaikum Sallam, hati-hati ya di jalan” pesan “Dana”.
Selesai sholat tarawih, Laras pun bergegas pulang. Saat di perjalanan Laras mengirm sms ke “Dana” untuk menanyakan apakah malam ini “Dana” mau main ke rumah Laras atau tidak. Dan sms yang di kirim Laras tadi dibalas oleh “Dana”, balasan yang sangat diharapkan Laras yaitu malam ini “Dana mau main ke rumah Laras. Betapa senangnya Laras karena dia sangat tidak menyangka kalau hari-harinya sekarang diisi bersama “Dana”. Sejak pertemuan kemarin sore, tadi siang ampe sore, dan sekarang malam ini, dia masih mau menghabiskan waktunya bersama Laras. Bagi Laras “Dana” adalah tipe cowok yang baik, ramah, dan sopan yang jarang bisa Laras jumpai, yang pasti “Dana” tipe cowok yang cool abis.
Sesampainya Laras dirumah, Laras melihat “Dana” ada di teras rumah “Dana”, selang beberapa saat ‘Dana’ datang sendirian ke rumah Laras. Mereka pun menghabiskan malam berduaan di teras rumah Laras, teras rumah yang kelak akan menjadi kenangan dan menjadi saksi bisu pertemanan antara Laras dan “Dana”.
“Sholat tarawih dmana tadi?” Tanya “Dana”.
“Ya di tempat biasalah, lagian aku ceritain kamu juga ga bakal tau, emang kamu udah hapal daerah sini?eh gmana tadi waktu di rumah? Ada komentar apa dari teman kamu, khan sebagian dari teman kamu ada yang sempat liat kamu main ke rumah aku? Tanya Laras.
“Hehehe iya tadi aku di jadiin bahan ledekan teman-teman aku, kata mereka aku ijinnya sakit eh ujung-ujungnya malah mojok berduaan ama cewek” ucap “Dana” .
“Paklek ga pernah cerita, saat tadi aku Tanya nama kamu ke paklek, paklek baru ngomong klo sejak awal kamu sering nanya-nanya tentang aku dari paklek, klo sejak awal aku tau ya pasti aku udah negur kamu duluan, paklek ceritanya baru tadi, ayo dong kasih tau nama kamu siapa, aku mau nanya ortu kamu or tetangga kamu ya aku malu lah. Pasti merkea bilang udah akrab gitu kok ga tau namanya”
Malam pun kian larut, angin malam mulai berhembus ditemani sinar rembulan dan tataburan bintang. Suasana malam yang sangat mendukung untuk membuat suasana makin nyaman berduaan dengan “Dana” ucap Laras dalam hati. Tak terasa waktu menujukkan pukul 22.25 wita.
Waktu sahur tiba inilah hari pertama di buan Ramadhan. Laras segera mengambil hp untuk membangunkan “Dana” sahur. Setelah “Dana” bangun dan mereka pun sahur di tempat mereka masing-masing.
Waktu terus berputar, mereka mulai menceritakan hal-hal mengenai diri mereka masing-masing. Diiterangi sinar bulan dan bertabur bejuta-juta bintang diangkasa. Betapa Laras tidak hentinya bersyukur atas semua yang sudah Tuhan beri buat Laras. Terutama pertemanan Laras dengan “Dana”. Saat-saat yang diimpikan oleh Laras sejak awal Laras melihat “Dana”. Walau terkadang terbesit sebuah kepedihan, kepedihan menerima kenyataan kalau sebentar lagi “Dana” akan meninggalkan kota kelahiran Laras. Yang bisa dilakukan Laras sekarang hanya berusaha untuk membuat waktu yang tersisa agar bisa menjadi waktu yang penuh kenangan indah bersama “Dana”.
Laras pun terlelap dalam tidurnya, selang beberapa jam Laras pun bangun untuk sahur. Dan tak lupa Laras segera menelpon “Dana” untuk membangunkan “Dana” sahur.Laras menelpon menggunakan nomor lama Laras karena nomor baru Laras pulsanya habis dipakai untuk menelpon “Dana” semalam. Mereka pun sahur ditempat mereka masing-masing.
Pagi menjelang saatnya “Dana” berangkat kerja. Laras pun selalu menyempatkan waktu untuk sekedar mengirim sms ucapan met bekerja ataupun sengaja keluar rumah biar bisa melihat “Dana” saat berangkat kerja.
.
“Aku baru aja bisa kenal ama kamu, aku baru aja bisa akrab ma kamu, aku seneng banget bisa kenal n dekat ma kamu. Tapi sekarang aku mulai sedih sebab sebentar lagi kamu bakal pergi ninggalin aku n kota ini” ucap Laras dengan suaranya yang terdengar menyimpan rasa sedih yang menyayat di hatinya.
Saatnya sahur tiba, dan masih seperti hari yang kemarin. Mereka mengawali hari dengan sms dan telpon, dan tak terasa mentari bersinar dan saatnya “Dana” berangkat kerja.
Pagi beranjak pergi siang pun datang, siang berganti malam dan saat pulang dari tarawih Laras duduk di depan teras rumahnya.
Masih seperti malam sebelumnya setelah “Dana” pulang mereka melanjutkan pembicaraan mereka lewat telpon.
25 Agustus 2009
Malam ini “Dana” lembur kerja, dan hari ini mereka tidak bisa bertemu hanya lewat sms dan telpon saja yang bisa mereka lakukan.
26 Agustus 2009
Malam ini mereka bertemu di teras rumah Laras dan mereka pun mengobrol seperti malam sebelumnya. Hal rutin yang berusaha mereka lakukan untuk mengisi waktu yang tersisa sebelum “Dana” meninggalkan Laras.
27 Agustus 2009
Selesai pulang tarawih Laras menunggu “Dana” di teras rumah, tak lama kemudian “Dana” datang. Malam ini adalah malam terakhir untuk mereka bertemu, malam perpisahan mereka. Malam yang sangat menyakitkan buat Laras sebab esok malam Laras tidak lagi bisa duduk berduaan dengan “Dana”.
“Dana” berusaha menghibur Laras dan berusaha menenangkan Laras agar tidak menangis lagi. “Dana” berusaha bercanda agar Laras mau tersenyum dan tertawa lagi. Hal yang selalu diingat Laras kalau “Dana” mulai bercanda atau gemas terhadap Laras yaitu “Dana” sering menyentil hidung Laras dan kadang “Dana” mencubit leher Laras, karena memang sejak awal “Dana” sangat suka melihat leher Laras. Tapi malam ini ada yang berbeda, tiba-tiba tangan “Dana” diletakkan di pangkuan Laras. Laras makin tidak mengerti dengan malam ini. Pertemanan yang “Dana” dan Laras jalin memang sangat rumit untuk dimengerti. Bagi Laras tidak wajar seorang teman meletakkan tanggannya dipangkuan Laras, kalau perempuan wajar saja. Tapi ini adalah “Dana” teman baru Laras yang baru dikenalnya beberapa hari yang lalu.
28 Agustus 2009
Hari ini tepat tanggal 28 Agustus 2009. Saatnya “Dana” meninggalkan kota kelahiran Laras. Sejak pagi hari “Dana’ hanya diam di rumah, saat hari mulai siang “Dana” keluar rumah, tak lama kemudian “Dana” menghampiri dan menjemput Laras yang berada di rumah Mba Iin.
Hari-hari terasa sunyi saat kepergiaan “Dana”, Laras hanya bisa berharap kelak suatu saat dia bisa bertemu dengan “Dana”. Kesedihan masih terlihat diwajah manja Laras, kesedihan karena harus berpisah dengan teman terbaik yang sempat Laras kenal. Pertemanan yang singkat namun sangat penuh arti bagi Laras.
29 Agustus 2009
Kini mereka hanya bisa berkomunikasi jarak jauh, dan Laras hanya bisa memandang foto “Dana” yang diambil dari Facebook. Rasa rindu yangtak terbendung membuat Laras selalu ingin telpon dan sms “Dana”. Hingga suatu hari Laras dan “Dana” bertengkar karena saat sahur Laras menelpon “Dana” tapi yang mengangkat telpon bukan “Dana” tetapi teman “Dana”. Karena yang mengangkat telpon bukan “Dana” Laras pun marah. Seharian ini mereka tidak telpon dan sms. Tapi akhirnya Laras tidak tahan untuk tidak sms atau pun telpon “Dana”.
Mfin aq jg ya.aq uda ksar bgt ma u.cm krna aq lg kcpean aq lampiasin ma u.mfin aq.dsni lum buka kok.msh lma.met brbka puasa ja.skli lg mfin aq (dikirim 29-Agt-2009 17:33:18)
Dr kmrn aq uda ngrasa brslah bgt ma u.aq g brani bwt sms u tkut’y u g maw trima smsq.ag g krj ko.dr td pg ag tdr trus (dikirim 29-Agt-2009 17:36:36)
Iya agak krg enk bdan.gpp ko.mkin krna kcpean ja. (dikirim 29 –Agt_2009 17:38:51)
Karena tidak mau terlalu banyak menyita waktu “Dana” pulang tarawih Laras sengaja tidak menghubungi “Dana” tapi tak lama kemudian “Dana” mengirim sms.
Mlm mgguan ma tiker ni.tdran tyus.emg u g dayg ngapel ya?duh kcian..hehehe.mf bcnda. (dikirim 29-Agt-2009 20:53:32)
Ni uda maw tdr bis mnum obt.ya dah met ngpain jay a.u g ush sungkan gto ma aq.klo mawsms,sms ja klo g aq bls brarti aq sbuk or g pny pls.hehe.met mlm ja bwt u (dikirim 29-Agt-2009 21:02:47)
30 Agustus 2009
Biasanya saat “Dana” masih berada di kota kelahiran Laras, Laras selalu mengirim ucapan selamat pagi tapi saat mengirim sms Laras bisa menatap wajah “Dana” tapi sekarang Laras hanya bisa melihat balasan sms dari “Dana” saja, tanpa bisa melihat wajah “Dana”.
Pg jg.mkch ya.met ngpain jg u dst (dikirim 30-Agt-2009 07:57:22)
Dan saat berbuka puasa Laras menyempatkan diri untuk mengirim sms ucapan berbuka puasa, dan dibalas dengan segera oleh “Dana”.
Mkch.dst uda hmpr isya ya?traweh g? (dikirim 30-Agst-2009 17:56:02)
Alasan traweh tp ujung’y mojok ya?hehe.u g pngen?buka pkai pa td?mam g? (dikirim 30-Agt-2009 17:59:09)
Lah kok g prnah mkan nasi?eh tmn2q yg dstuda pd mau blik jkt lum?dnger g kbr’y? (dikirim 30-Agt-2009 18:01:52)
Weh enak bgt.dsni lmbur trus.ntr mlan uda pst lmbur lah.mkin mggu dpan uda nyantai aq.eh ya dah ya.pls’q ludes ni10rb uda 3hr g isi.mklum bos msh dstu sie (dikirim 30-Agt-2009 18:06:29)
1 September 2009
Awal September masih berselimut kesedihan mengingat sosok “Dana” tak lagi menemani hari-hari Laras. Sosok fisiknya sudah jauh pergi yang ada hanya suaranya dari telpon ataupun sms-sms nya. Saat jam istirahat “Dana”, Laras menyempatkan mengirim sms ke “Dana” sekedar sms ucapan met istirahat, karena Laras tau saat bulan puasa seperti ini “Dana” mengisi jam istirahatnya dengan tidur siang. Tapi “Dana” masih sempat membalas sms Laras sebelum tidur siang.
Dasar u ya.yups ag maw tdran dlu nie.aq g akn mrh lg ko.tnang ja (dikirim 1-Sep-2009 12:18:52)
Malam harinya Laras sengaja tidak mengirm sms ke “Dana” sebab Laras tidak mau mengganggu waktu “Dana”. Karena Laras tau “Dana” di sana sangat sibuk dan pastinya sangat capek. Dan “Dana” pastinya butuh waktu buat istirahat, tapi ternyata justru “Dana” mengirim sms duluan ke Laras.
Mlm.ko g da kbr?uda tdr lum nie?mf ganggu (dikirim 1-Sep-2009 23:20:26)
2 September 2009
Selama bulan Ramadhan ini Laras memang jarang menonton tv, waktunya disibukkan dengan hal lainnya. Jadi saat ada berita tentang gempa Laras langsung panik, sebab Laras lagsung teringat “Dana”. Laras sangat khawatir sekali dengan keadaan “Dana”. Laras segera mengirim sms ke “Dana”untuk menanyakan kabar “Dana”. “Dana” pun membalas sms Laras
Lega rasanya Laras saat mengetahui kalau “Dana” dalam keadaan baik-baik saja, dan Laras juga senang dengan sms “Dana” sebab ternyata tanpa di sadari “Dana” baru saja mengakui kalau dia juga kangen dengan Laras.
4 September 2009
Malam ini Laras mengirim sms duluan pada “Dana”. Karena setiap malam datang menjemput saat Laras terdiam sendiri, bayangan “Dana” selalu datang menghampiri membuat Laras makin rindu dengan “Dana”. Karena rindunya yang sangat tebal Laras pun mengirim sms ke “Dana” dan begitu cepat dibalas oleh “Dana”
Mlm jg,br ja aq maw sms u.mf aq lum bs bka blog u.lg ngirit pls.hehe.kok lum tdr? (dikirim 4-Sept-2009 22:25:40)
Br bis mndi ni.bnr ko br ja pgang hp eh u dah sms.ni uda start tdran.hehe (dikirim 4-Sep-2009 22:39:42)
Mf td dpt tlp.met tdr jg bwt u. (dikirim 4-Sep-2009 23:01:35)
8 September 2009
Sebelum tidur Laras sengaja duduk di teras atas, sebab Laras sengaja malam ini mau menelpon “Dana”. Laras memang sangat suka menelpon ataupun terima telpon dari teras atas rumahnya. Saat Laras menelpon “Dana’ malam itu kebetulan banget teman-teman “Dana” sedang makan bakso di teras bawah rumah Laras. Jadi Laras juga tidak tahu apakah teman “Dana” mendengarkan pembicaraan mereka atau tidak.
“Lagi sibukkah? Maaf ni aku telpon cuman mau nanya, besokkan teman-teman kamu udah pada pergi, kamu mau aku bawain apa dari sini? Ntar biar aku titipin ama temen-temen kamu dech” ucap Laras saat menelpon “Dana”.
“Aku ga lagi sibuk kok, aku udah di rumah keluarga aku, aku udah ambil libur duluan, khan udah aku kasih tahu ama kamu beberapa hari yang lalu klo aku hari ini mau jenguk keluarga aku, ga usah dibawain apa-apa. Aku udah terlalu banyak ngerepotin kamu, aku ga mau ngerepotin kamu lagi”. Jawab “Dana”.
“Ih berarti ni malam kamu nyanyi buat aku dong diiringi ama suara gitar kamu, khan kamu udah janji” ucap Laras dengan gaya manjanya pada “Dana”.
“Aku bukan di rumah, tapi masih tempat keluarga, ntar klo udah pulang kampung yaaa, khan gitarnya ada di rumah, disini ga ada gitar”
“Iya dech hehehe aku khan cuman mau ngingatin aja yee” jawab Laras berusaha ‘ngeles’.
Hari ini 9 September 2009, hari ini tidak ada sama sekali sms ataupun telpon dari “Dana”. Laras berusaha sms namun tidak dibalas, Laras pun berusaha menelpon “Dana” tapi tetap tidak diangkat. Hari berganti hari dan tidak ada balasan sms dari “Dana” ataupun telpon dari “Dana’
Laras semakin khawatir terhadap keadaan “Dana” karena sudah beberapa hari “Dana” tidak mengangkat telpon dari Laras. Laras tidak tahu dan tidak mengerti kenapa “Dana” tidak membalas dan mengangkat telpon Laras. Laras makin sedih sebab hal seperti ini tidak pernah terjadi pada mereka berdua. Laras merasa tidak ada masalah dengan “Dana”.
Laras berusaha terus untuk bisa menghungi “Dana”, karena melalui sms dan telpon tidak mendapat respon, Laras pun berusaha menghubungi “Dana” melalui email. Laras mengirim email pada “Dana” tapi tetap juga tidak dib alas oleh “Dana”.
Laras sangat sadar akan posisi Laras. Laras hanyalah teman “Dana”, tapi kalau memang “Dana” menganggap Laras sebagai teman kenapa “Dana” tidak mau mebalas sms ataupun menerima telpon Laras. Kalau memang “Dana” sedang punya masalah khan tidak ada salahnya kalau “Dana” mengangkat telpon walau hanya “say halo…”. Tapi “Dana” seperti berusaha menghindar dari Laras, Laras menyadari kalau “Dana” berusaha menghindar dari Laras, yaitu saat Laras menelpon “Dana”, dan Laras tidak menggunakan nomor Laras. Laras menelpon menggunakan nomor yang lain dan diangkat oleh “Dana”.
“halo…” suara “Dana” terdengar ragu untuk bersuara.
“Kenapa kamu ga mau angkat telpon aku?” Tanya Laras
“Ga papa kok aku cuman lagi sibuk aja” ucap “Dana” dengan nada suara yang tdak seperti biasanya.
“Sibuk apa? Kamu khan lagi di rumah, kamu kenapa sich ga mau angkat telpon aku lagi? Tanya Laras berusaha menahan tangisannya. Tapi belum selesai Laras berbicara, “Dana” segera menutup telponnya.
Laras makin bertanya-tanya ada apa ini? Kenapa “Dana” berusaha menghindar dari Laras? Kenapa dia tidak mau berterus terang? Kenapa dia memutuskan pertemanan ini? Kalau pacaran ada kata putus, tapi kalau pertemanan tidak ada kata putus. Segudang Tanya dan kepedihan di hati Laras. Tapi Laras sangat yakin suatu saat waktu akan menjawab ini semua. Cepat atau lambat Laras akan terus berusaha untuk mendapatkan jawabannya.
Sekarang yang dimiliki Laras hanyalah sepenggal kenangan-kenangan indah bersama “Dana”. Kenangan-kenangan saat “Dana” berada dekat di sisi Laras dan juga kenangan saat “Dana” berada jauh dari Laras. Apapun yang terjadi bagi Laras, “Dana” adalah salah satu teman terbaik yang pernah Laras kenal. Salah satu teman yang punya arti tersendiri di hati Laras. Walaupun sekarang “Dana” mencoba hilang dari hidup Laras, tapi Laras berusaha menbuat agar sosok “Dana” masih terasa hidup di keseharian Laras. Apapun yang dilakukan “Dana”, bagi Laras “Dana” tetap “Dana” yang dulu, bagi Laras “Dana” tetaplah teman yang baik. Sekarang hanyalah kenangan yang tersisa dan sebuah pengharapan agar kelak suatu hari pertemanan mereka bisa utuh seperti awal mereka kenal. Seperti kalimat yang pernah di ucapkan teman “Dana” pada Laras“Kalau pacaran ada istilah kata putus, tapi kalau pertemanan tidak ada istilah kata putus”
-----------------------------@@@@@@@-------------------------------
Sumi harap para pembaca bisa senang dengan cerpen Sumi ini. Walau kisahnya tidak seperti Eiffel I’m In Love yang berakhir bahagia, dan tidak juga seperti buku-buku karangan Zettira yang kurang percaya dengan Cinta. Sumi mencoba meberikan sedikit sentuhan berbeda pada cerpen Sumi ini, yaitu bahwa tidak semua kisah atau cerita harus berakhir bahagia.
Sumi sangat mengharapkan komentar, masukan, dan kritikan dari pembaca agar Sumi bisa menghasilkan cerpen-cerpen yang lebih bagus lagi.